Sarang Bi (1st chapter)

Standar

This only one which I can give you in your birthday, Donghae oppa~

I Love You~

Cast: Donghae, Hangeng, Jaerin, Jihee, Hyekyu

Genre: Romantis, Tragedi

PG: 15

Backsound: Sarang Bi – Kim Taewo

Jaerin POV

Sudah dua jam aku menanti dirinya, tapi dia tak muncul juga. Aku merapatkan jaketku, udara semakin dingin. Ku tengok jam yang ada di taman, sudah jam enam lewat. Astaga apa yang terjadi padanya. Aku tak ingin ambil pusing, sebaiknya aku pulang dan berendam untuk menjernihkan pikiranku.

Aku bangkit dari bangku taman dan berjalan pulang. Aku ingin segera pulang. Aku tak tahan dengan udara dingin dan pikiranku tentangnya.

“Hei kau mau kemana?” tanya seseorang menarik lengan tangan kananku.

Akupun menoleh, ku lihat seorang wajah dengan senyum lebar memandangiku.

“Jihee kau sudah kembali?” cletukku.

Dia tersenyum.

“Ye~ tadi pagi aku baru saja datang, sekarang aku mau mencari makan malam bersama tunanganku.” Ucapnya.

“Tunangan?” sahutku terkejut.

“Bukannya aku sudah menceritakannya padamu, aku ke China untuk bertunangan dengan pacarku Hangeng.” Tuturnya.

Aku sadar, aku baru ingat.

“Oh ya aku ingat. Lalu dimana dia?” ucapku.

“Itu~” ucap Jihee menunjuk namja yang tak lain orang China yang kini sedang menelpon.

“Oh~ sampaikan salamku padanya ya.” Ucapku.

“Kau tidak ingin berkenalan dengannya?” tanyanya.

Aku menggeleng.

“Ayolah, aku ingin memperkenalkan temanku padanya. Ku mohon~” pintanya.

“Maaf Jihee, aku tidak bisa. Aku ingin cepat pulang. Aku tak tahan dengan udara saat ini.” Cletukku.

“Baiklah jika begitu lain kali ya.” Ucapnya.

“OK lain kali.” Sahutku lalu pergi meninggalkannya.

Aku menelan ludah. Aku iri kepadanya. Jihee dan Hangeng baru 2 tahun pacaran mereka sudah bertunangan sedangkan aku? Sudah 4 tahun aku pacaran dengan Donghae, tapi dia tidak pernah melamarku. Padahal hubungan kita baik-baik saja. Tidak pernah terjadi pertengkaran yang mendalam.

Sekarang aku merasa Donghae semakin menjauh. Sejak bulan Oktober lalu ia sering telat bertemu denganku. Dan sekarang… mungkin dia tidak datang. HPnya saja tidak dapat di hubungi. Apa dia sesibuk itu?

Berendam membuatku sedikit tenang. Aku memutuskan menggenakan piyama biru agar aku benar-benar tenang. Warna biru membuatku tenang. Lalu aku ke beranda memandangi sungai Han. Udara semakin dingin. Ku putuskan menutup jendela dan memandang sungai Han dari dalam.

Beberapa menit kemudian HPku berdering. Dengan malas aku meraih HPku. SMS darinya.

Dia mengirimiku 7 SMS kepadaku yang intinya sama. Dia meminta maaf karena lupa dengan janjinya dan ingin mengetahui keadaanku. Ia juga mencoba menghubungiku sebanyak 9 kali. Aku tidak tahu. aku tidak mendengar. Aku asik berendam dan melupakan unek-unek negatif yang ada di pikiranku.

Aku membalas pesannya.

Tidak apa-apa, kau pasti sangat sibuk. Aku bisa mengerti kok.

Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah ^^

Beberapa detik kemudian ia membalas pesanku.

Aku janji lain kali aku tidak lupa lagi. Aku senang mempunyai kekasih yang pengertian sepertimu ^^

Benarkah kau baik-baik saja? Jangan terlalu memaksakan diri. Aku tidak ingin kau jatuh sakit =(

Akupun membalasnya.

Jangan terlalu banyak berjanji kepadaku. Kau tahu sendiri saat ini kau sibuk.

Lalu bagaimana dengan kondisimu? Pasti kau lelah.

Balasan darinya

Kali ini aku akan menepati janjiku.

Ya sedikit melelakan, tapi aku baik-baik saja ^^

Balasanku

Aku harap kau tidak telat makan.

Sudah ya aku ingin istirahat. Aku terlalu lelah

Balasannya

OK.

Selamat tidur sweetie, saranghae =*

Aku tersenyum. Ku lihat jam di HPku. Masih jam 8.35. terlalu sore untuk tidur, tapi mau gimana lagi aku sangat lelah.

Keesokan harinya aku bangun lebih pagi dari biasanya. Mungkin karena udara yang semakin dingin ini. Aku mengecek HPku. Ada pesan dari Jihee.

Chingu, tadi aku melihat Donghae belanja di toko pakaian perempuan. Ia belanja banyak, sepertinya ia membeli itu untukmu.

Ku lihat jam berapa ia mengirimkan pesan. Hm… jam 9.43 PM. Apakah Donghae belanja setelah aku berSMSan dengannya? Apakah itu hadiah perminta maafnya? Aku hanya tersenyum. Semoga saja benar.

Hari ini aku tidak ada kerjaan. Tapi sepertinya Donghae terlalu sibuk untuk di ajak jalan-jalan. Ku putuskan mengajak temanku yang lain. Aku mencoba mengirim SMS ke Hyekyu. Lima menit menunggu tidak ada balasan darinya. Tidak mungkin aku mengajak Jihee. Dia pasti mengajak pacarnya itu.

Aku mendesah, lebih baik aku mandi dulu.

Setelah mandi aku mengecek HPku. Tidak ada balasan dari Hyekyu. Lalu aku menghubunginya. Astaga aku baru ingat. Hari ini dia libur. Dan saat ini masih jam 8 pagi, dia masih belum bangun. Akupun mendesah lagi.

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Oh ya aku baru ingat ada pasar raya yang buka 24 jam minggu ini. Aku ingin ke sana.

Sesampainya di sana kau hanya melihat-lihat, lalu aku milihat kios ramal. Aku masuk ke dalam kios itu. Aku ingin bertanya tentang hubunganku dengan Donghae.

Donghae POV

Aku hendak memberi kejutan untuknya, tetapi gagal. Aku terlambat. Ia sudah keluar dari apertemennya. Aku melihatnya sendiri. Ia berjalan sendiri. Aku memutuskan untuk mengikutinya dari jauh. Aku ingin tahu dia pergi ke mana.

Ah ternyata ia pergi ke pasar raya. Dan iya masuk ke dalam kios ramal. Aku heran kenapa dia masuk ketempat itu. Aku heran kenapa ia percaya dengan ramalan. Sebenarnya apa yang dia inginkan?

Aku menunggunya. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan wajah ketakutan. Aku sungguh khawatir. Ia berlari. Aku mengejarnya. Ia terjatuh di antara kerumunan orang. Aku membantunya berdiri.

“Gamsahamnida.” Ucapnya kepadaku.

Ia tidak menatapku sama sekali. Ia masih ketakutan.

“Apa yang terjadi?” tanyaku.

Sepertinya ia mengenali suaraku. Ia menoleh ke arahku.

“Dong~ hae~” ucapnya.

Aku memeluknya.

“Katakan padaku ada apa?” ucapku.

Ia menangis. Aku melepaskan pelukanku dan menatap wajahnya. Aku mengusap air matanya.

“Jangan menangis~ aku tidak bisa melihatmu menangis.” Ucapku.

Dia mencoba berhenti menangis.

“Katakan padaku, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?” tanyaku.

Ia menatapku dan mulai membuka mulutnya.

“A… aku… ta… ta… di… ke ki…os ra…mal. A…ku… ber… ta…nya….”

Ia berhenti berkata. Ia menitikkan air mata.

“Kau tidak seharusnya percaya peramal itu. Dia hanya mengira-mengira. Dia berbohong. Jangan percaya.” Ucapku.

Dia memelukku erat.

“Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku.” Isaknya di dalam pelukan.

Aku dapat merasakan degup jantungnya yang berdetak cepat seakan-akan ia di kejar-kejar sesuatu yang menakutkan.

Aku menyandarkan kepalahnya di dadaku agar ia dapat merasakan bahwa aku akan selalu melindunginya.

Setelah duduk di taman ia sedikit lega. Aku mencoba membuatnya tersenyum dengan leluconku yang tida lucu sama sekali.

”Kenapa kau tersenyum seperti itu jika leluconku tidak lucu?” tanyaku.

Ia menahan tawa. Aku memasang muka kesal dan ia pun tertawa.

”Sayang~ kenapa kau tertawa jika leluconku tidak lucu. Kau mau berbohong kepadaku?” tanyaku lagi.

Ia menenangkan diri lalu berkata,

”Karena kau bilang akan membuat lelucon tapi apa yang kau bilang lelucon itu tidak lucu sama sekali. Aku tidak habis pikir kau memeras otak untuk membuat itu. Itu tidak lucu sama sekali. Tapi kau yang lucu.”

Aku tersenyum lalu mendekapnya.

”Jadi kau mau bilang aku ini lucu begitu?” tanyaku detelingahnya.

Ia menatapku. Wajahku dan wajahnya hanya berjarak 10 cm.

”Ya, kau tak perlu berusaha menjadi sesuatu yang lain. Aku menyukaimu apa adanya. Aku menyukai segala yang ada padamu. Aku menyukai kekurangan dan kelebihanmu.” ucapnya memandang dalam ke mataku.

”Begitu juga denganku… Kau adalah nyawa hidupku.” ucapku.

Lalu aku mendekatkan bibirku di bibirnya dan melumatnya. Ia memejamkan matanya. Aku memeluknya erat. Aku ingin ia merasakan cintaku kepadanya begitu dalam. Aku ingin ia merasakan bahwa aku akan melindunginya. Melindunginya dari udara dingin dengan menghangatkannya.

Jaerin POV

Kami berciuman. Rasanya begitu hangat. Serasa udara dingin yang mengusik itu hilang. Duniaku seakan berubah. Aku merasa berada di suatu tempat yang indah bersama Donghae. Kami hanya berdua. Ya hanya berdua.

Aku tidak yakin berapa lama kami berciuman. Yang ku tahu, saat itu terasa lama.

”Wah wajahmu sampai merah begitu. Kau menikamtinya?” tanyanya setelah kami selesai berciuman.

Dia membuatku bertambah malu. Aku membuang muka. Aku tidak ingin melihat wajahku yang begitu merah.

Dia diam. Aku juga dapat melihat wajahnya merah. Tapi aku tahu, wajahku pasti lebih merah.

”Sweetie~ aku ada hadiah untukmu.” ucapnya.

Perlahan-lahan aku menatapnya. Semoga wajahku tidak merah lagi.

”Udara dingin sekali. Aku ingin kau tidak kedinginan. Tapi aku tidak selalu bersamamu. Jadi aku membelikan ini.” ucapnya menyodorkan sebuah kotak.

Aku menerima kotak itu dan membukanya. Aku melihat sepasang sarung tangan berwarna biru langit.

”Kau suka?” tanyanya.

Aku mengangguk. Aku suka pemberiannya. Dia salalu mengerti aku.

Ia meraih kedua tanganku.

”Tanganmu dingin sekali.” ucapnya lalu memasangkan sarung tangan pemberiannya kepadaku.

”Nah sekarang tanganmu tidak dingin lagi.” ucapnya lalu tersenyum.

Ia mengenggam erat tanganku. Tanpa sarang tangan ini genggamannya sudah membuat tanganku hangat.

”Sekarang giliranmu memberikan hadiah.” cletuknya.

”Mwo?” sontakku terkejut.

”Ternyata kau memberikan ini karena ingin hadiah? Jadi kau tidak ikhlas memberikan hadiah kepadaku?” cletukku cemerut.

Ia tersenyum simpul lalu mengacak-ngacak rambutku.

”Aku hanya bercanda.” cletuknya.

Aku mendesah.

Ia melihat arlojinya kemudian berkata,

”Aku harus pergi. Aku ada pekerjaan.” ucapnya lalu hendak beranjak pergi.

”Hae~” panggilku lalu beranjak.

Ia menoleh. Aku langsung mengecupkan bibirku di bibirnya.

”Itu hadiah dariku. Semoga pekerjaanmu sukses.” ucapku lalu tersenyum.

Ia tersenyum.

”Terimah kasih Jaerin. Pemberianmu membuatku bersemangat kerja.” ucapnya.

”Annyeong~” ucapku lalu melambaikan tangan.

”Annyeong~” ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

Keesokan harinya

Aku pergi ke tempat kerjaku. Aku bekerja di toko bunga. Sebenarnya ini bukan pekerjaan asliku. Aku merupakan seorang penulis. Aku tidak ada minat untuk menulis. Aku jenuh bekerja di apertemenku.

”Annyeong~” salamku kepada Hyekyu yang ada di toko.

Ia menguap lalu membalas salamku

”Annyeong~”

”Kau masih mengantuk Hyekyu?” tanyaku sembari bekerja menata bunga.

”Ye~ semalam aku kedatangan tamu tak di undang yang menyebalkan.” ujarnya.

”Siapa?” Tanyaku.

Ia berhenti bekerja.

”Siapa lagi kalau tidak Jihee. Dia ke rumahku bersama dengan tunangannya itu. Dia memerkan tungannya. Sungguh menyebalkan.” ucap Hyekyu ketus.

”Jam berapa mereka pulang?” tanyaku.

”Jam 12.” jawabnya cepat.

”Apa? Semalam itu?” sahutku.

”Ini juga gara-gara orang tuaku. Andai saja orang tuaku tidak menyukai Jihee dan Hangeng. Pasti mereka tidak pulang semalam itu. Orang tuaku mengajak ngobrol mereka dan membanding-bandingkan aku dengan Jihee. Aku seperti obat nyamuk di sana.” omel Hyekyu.

Aku tertawa.

”Makanya kau cepat cari pacar sebelum orang tuamu menjodohkanmu.” cletukku.

”Aku tidak mood cari pacar dan aku tidak mau di jodohkan.” sahutnya ketus lalu kembali bekerja.

”Siap-siap saja jadi perawan tua.” cletukku lalu tertawa.

Hyekyu langsung cemberut.

Sejam kemudian

Jihee mengunjungi toko. Hyekyu sudah cemberut, kesal tak karuan.

”Ada yang bisa saya bantu.” ucapku kepadanya.

Ia mengibaskan tangannya.

”Aish jangan berbicara seformal itu. Kau tahu aku ini chingumu.” ucapnya.

Aku tersenyum.

”Kau mau membeli bunga?” tanyaku.

”Ehm tidak juga. Aku hanya ingin mampir.” ucapnya.

Ia melirik Hyekyu.

”Hai Hyekyu~ kenapa kau cemberut begitu?” ucap Jihee kepada Hyekyu yang sibuk menata bunga.

Hyekyu tidak menggubris. Kemudian ada seorang namja masuk. Ia langsung melayani namja itu dan tidak menggubris Jihee.

”Setidaknya kau memberi salam kepada chingumu ini.” cletuk Jihee.

”Dia lagi kesal denganmu karena kau mengganggu waktu tidurnya.” cletukku.

Jihee tertawa.

”Oh ya mana tunanganmu?” tanyaku.

”Dia sibuk mengurusi pernikahan kami.” jawab Jihee.

”Kapan kalian menikah?”

”Secepatnya. Mungkin Febuari besok.”

”Wah cepat juga. Itukan dua bulan lagi.”

”Iya. Mungkin dua bulan ke depan aku akan sibuk.”

”Lalu kapan undangannya di kirim?”

”Januari besok. Oh ya kau sendiri kapan menikah dengan Donghae?”

Aku mendesah.

”Entahlah~ Hubungan kami datar-datar saja.” ucapku.

”Lalu dia sudah memberikan hadia untukmu?”

Aku mengangguk. Aku menunjukkan sarung tangan pemberian Donghae kepadaku.

”Cuma itu?” cletuk Jihee.

Aku mengangguk lagi.

”Aku melihat ia belanja banyak. Kebanyakan berwarna merah muda.” ucap Jihee.

”Kau tidak salah lihat?” sahutku.

”Aku yakin.” tekan Jihee.

”Kau tahu sendiri aku tidak suka warna merah muda. Aku suka biru muda. Mustahil ia memberikan itu kepadaku.”

”Mungkin saja ia ingin memberikan apa yang ia sukai kepadamu.”

”Ia tidak pernah memaksaku untuk menyukai apa yang tidak aku sukai.” ucapku lalu terdiam.

”Apakah ia selingkuh?” cletuk Jihee.

”ANDWAE!” sentakku keras hingga seisi ruangan menatapku.

Aku langsung cepat-cepat minta maaf.

”Tidak mungkin. Dia setia padaku. Dia berjanji mencintaiku seorang. Yeoja yang ia cintai hanya aku.” ucapku kepada Jihee.

Malam hari

Aku masih memikirkan apa yang dikatakan Jihee. Apa benar Donghae selingkuh? Memang akhir-akhir ini ia terlihat aneh. Dia sering melupakan janjiku. Dia memetingkan pekerjaannya. Apakah dia benar-benar banyak pekerjaan?

HPku berbunyi. Ada MMS masuk dari Hyekyu. Aku segera membukanya. Dan aku…

to be continue……

Don’t be silent reader~

Please comments…

What do you think about this fanfiction?

About Lyra Callisto

Saya tuh orang yang aneh karena susah ditebak. Saya suka dengerin musik terutama Kpop, ngetik/nulis fanfiction, buka akun, ngedance, nonton acara about korea Status: menikah dengan Kim Jaejoong, bertunangan dengan Lee Donghae, berpacaran dengan Choi Minho, berselingkuh dengan Cho Kyuhyun, mengakhiri hubungan dengan Choi Siwon, menjalin hubungan dengan Choi Jonghun, berkencan dengan Kevin Woo, menjalin hubungan tanpa status dengan Nichkhun dst.

Satu tanggapan »

Tinggalkan Balasan ke Lyra Callisto Batalkan balasan