사랑 빠지다 (Chapter 2)

Standar

Kembali lagi bersama saya ^^

Tolong tinggalkan komentarnya ya ^^

Cast: F4, JYJ, Super Junior, TVXQ

Rating: PG

Genre:  Romance Friendship Family

Series: 2 0f 12

 

f4 JYJ Super Junior TVXQ

Akademi Kkotbi

Kelas 1-2

”Jungsae, sampai kapan kau akan makan terus? Mentang-mentang tak ada guru, kau jangan seenaknya begitu.”

Jungsae berhenti makan. Ia menatap Jaesi yang ada di sampingnya.

”Apa aku akan menjadi gendut jika terus memakan ini?” sahut Jungsae.

”Bukan gendut lagi tapi badut. Kau akan jadi badut jika memakan camilan itu. Sudah hentikan kebiasaanmu itu.” Ujar Jaesi kesal.

”Kau juga. Hentikan membaca novel picisan itu. Lama-lama kau akan menjadi cengeng. Dan satu lagi, kau bisa masuk dalam kategori cupu. Pakai kacamata tebal.” balas Jungsae.

Jaesi menggerutu. Kemudian mereka dikagetkan dengan kahidaran seseorang.

Jaerin celingukan di taman. Ia mencari sesosok pemuda yang ia temui kemarin.

”Apa aku harus bertanya ya?” gumannya.

”Ah tidak ah lebih baik aku mencarinya.” sahutnya.

Ia duduk di ayunan dan mulai berpikir.

”Usainya mungkin sekitar dua tahun atau tiga tahun lebih tua dariku. Artinya~.”

Dia tersadar akan sesuatu.

”Pabo~ kenapa aku sepabo ini. Kemungkinan dia sedang kuliah. Aduh aku gimana sich. Kok nyamain dia dengan diriku.” oceh Jaerin.

Kemudian ia bangkit. Berjalan ke luar taman. Ia tidak peduli kemana kakinya akan membawanya. Hingga ia terhenti di sebuah TK. Ia melihat anak-anak kecil bermain di luar membuat boneka salju ataupun sekedar memegang salju. Mereka tampak bahagia. Jaerin heran mengapa mereka sangat menyukai salju.

Jaerin mencoba masuk dan melihat lebih dekat. Kemudian seseorang memanggilnya.

”Hei, apa yang kau lakukan?”

Jaerin menoleh.

”Siapa kau?”

Ia melihat pemuda yang familiar baginya. Pemuda itu tidak melihat wajahnya. Ia sibuk melihati anak-anak yang sedang bermain. Sepertinya ia menghitung jumlah anak yang sedang bermain.

”Eh, hai. Kita berjumpa lagi.” sahut Jaerin kemudian tersenyum.

Pemuda itu menatap Jaerin.

”Oh, kau gadis yang  di taman itu?” pemuda itu bertanya untuk meyakinkan.

Jaerin mengangguk.

Pemuda itu tersenyum.

Lalu Jaerin segera mengambil payung di tasnya dan memberikan kepada pemuda itu.

”Ini. Kamsahamnida.”

Pemuda itu meraih payungnya.

”Margamu Kim?” tanya Jaerin.

”Ya, namaku Kim Jaejoong.” pemuda itu mengulurkan tangannya.

”Kim Jaerin.” ujar Jaerin sembari mengulurkan tangannya.

Ia merasakan genggaman Jaejong yang hangat. Kemudian terlepaskan.

”Sedang apa kau disini? Kau mencari kerja? Disini kekurangan tenaga kerja. Sejak Bu Han Yesoek sakit aku harus mengurus dua kelas.” oceh Jaejoong.

”Mwo?”

”Kau ingin bekerja di sini?”

Jaerin berpikir sejenak.

”Ne. Apa saja persyaratannya?”

Jaejoong tersenyum.

Bandara

”Aboji, di sini kita tinggal dimana? Di hotel?” tanya laki-laki yang memiliki tinggi sekitar 186cm.

Bapak separuh baya memukuli kepalanya dengan koran.

”Kau gila ya, punya rumah di Seoul ngapain nginep di hotel?” bentak bapak-bapak itu.

”Memangnya aboji memiliki rumah di sini?”

Bapak-bapak itu sudah memasang wajah kesal.

”Aku bosan kau bercanda seperti itu.” ujar bapak itu kesal.

Lelaki muda itu tertawa.

”Mianhae aboji. Aku tahu. Kau memiliki rumah yang saat ini dirawat oleh anak perempuanmu bukan?”

Bapak-bapak itu mengangguk.

”Nanti aku perkenalkan dengan anakku itu.” ujar bapak-bapak itu. Kemudian membaca koran.

”Aboji, kau sangat sayang dengan anak gadismu?” tanya laki-laki muda.

”Ne.” jawab bapak singkat.

”Apakah kau tidak sedih meliahat anak gadismu nanti pergi meninggalkanmu setelah menikah nantinya?”

Bapak itu terdiam. Ia berheti membaca koran.

”Karena itu. Karena dialah aku menceraikan istriku.”

”Mwo?” laki-laki mudah itu terkejut. Ia tidak mengirah abojinya cerai gara-gara anak gadisnya.

”Changmin, aku orangnya keras kepalah. Waktu menikah dengan istriku aku meninginkan anak laki-laki. Kau juga sama denganku bukan?”

Laki-laki muda yang bernama Changmin itu mengangguk.

”Tapi aku berbeda denganmu Changmin, aku sangat benci dengan anak perempuan. Mereka sangat lemah. Anak gadisku selalu menangis jika aku gendong. Aku sangat kesal. Kuanggap anak perempuan itu menyebalkan. Sama menyebalkannya dengan saudara perempuanku yang telah meninggal sejak aku SMA.” jelas bapak-bapak itu.

Kemudian seseorang mendekati mereka.

”Pak Shim Jinsoek?” tanya seorang pemuda.

”Lee Donghae!” bapak-bapak bernama Jinsoek itu bangkit dan merangkul namjabernama Donghae kemudian melepaskannya.

”Kau sudah besar ruapanya.” ujar Jinsoek.

Donghae tersenyum.

”Pak kau bersama dengan anakmu?” tanya Donghae.

Changmin bangkit dari tempat duduknya.

”Ini anak laki-lakiku Shim Changmin.” ujar Jinsoek.

”Shim Changmin imnida.” ujar Changmin kemudian membungkuk.

”Lee Donhae imnida.” sahut Donhae kemudian membukuk juga.

”Maaf apakah anda yang bernama Shim Jinsoek?” tanya seseorang.

”Ne.” jawab Jinsoek.

”Silakan pak!” ujar orang itu kemudian menghadap ke arah luar.

”Oh taksi pesananku sudah datang. Sayang sekali Donghae, kita harus berpisah disini. Apa kau mau ikut juga. Akan ku turunkan di rumahmu.” ujar Jinsoek.

”Tidak perlu pak. Aku sudah menelpon aboji untuk menjemputku di bandara ini.” sahut Donghae.

Akdemi Kkotbi

Kelas 1-2

Bel istirahat berbunyi. Jaesi menengok ke arah Jungsae yang sedari tadi diam, tidak menyemil lagi. Ia sangat terkejut.

”Astaga naga! Ash~ Jungsae sempat-sempatnya kau tidur dengan posisi seperti itu.” ujar Jaesi.

Ia hendak membangunkan sepupunya itu tapi seseorang memanggilnya.

”Hei kau kemari! bawa temanmu itu juga. Cepat!” bentak Hyejin.

”Tapi, dia sedang tidur. Lama membangunkannya.” ujar Jaesi.

Hyejin mendekati Jaesi dan Jungsae disusul Hyekyu.

”Hei, bangun! Hei kau bangun! Ayo cepat bangun.” bantak Hyejin. Ia mencoba membangunkan Jungsae.

Hyejin berulangkali menggoyangkan tubuh Jungsae. Ia berusah dan terus berusaha membangunkan Jungsae.

”Aku tidak menyangka ada anak tidur dalam posisi seperti sedang membaca buku.” sahut Hyekyu.

”Dia sering seperti ini?” tanya Hyekyu kepada Jaesi.

”Ne. Dia kan tidur jika sudah mengantuk, capek atau bosan. Kupikir dia bosan dengan pelajaran bahasa Inggris barusan.” sahut Jaesi.

”Mwo?” tanya Hyekyu penasaran.

”Yang mengajar tadi Pak Jung. Sonbae tahu kan jika Pak Jung itu gimana? Jungsae ini pelat. Tidak bisa mengatakan r. Dulu pernah ia diolok-olok karena itu. Mungkin ia sebal dan bosan dengan cara mengajar pak Jung makanya ia tidur.” celoteh Jaesi.

Lalu BUK.

”Awh~” Hyejin merintih kesakitan.

Jaesi dan Hyekyu menatapnya.

”Kau kenapa Hyejin?” tanya Hyekyu.

Hyejin masih merintih kesakitan.

Jaesi menyadari.

”Sonbae, kau kena pukul Jungsae ya.”

Hyejin menatap Jaesi.

”Ya, aku kena tonjok dia. Sakit tahu.” *dan author pun tertawa*

Hyekyu tertawa. Jaesi menahan tawanya.

”Jungsae.” panggil Jaesi.

Lalu ‘PLAK’

Tanpa ampun Jaesi memukul kepalah Jungsae dengan buku bahasa Inggris yang ada di hadapan Jungsae.

Jungsae langsung terbangun.

”Mwo?” tanya Jungsae ketika sadar.

Ia mengucek-ngucek matanya.

”Kau lihat, gara-gara kau Sonbae sampai jadi begitu.” bentak Jaesi sambil menunjuk Hyejin.

Jungsae melihat orang yang ditunjuk Jaesi. Ia terbelalak.

”Ah, Mianhae, mianhae.” ujar Jungsae sambil berdiri dan membungkuk kepada Hyejin.

”Sakit tahu.” omel Hyejin sembari memenyentuh pipinya yang merah.

”Sudah, sudah, ayo kalian ikut aku.” sahut Hyekyu.

Taman Kanak-kanak

Jaerin menulis form yang diberi Jaejoong. Ia terhenti waktu menulis form tanggil lahir. Ia tersenyum. Kemudian ia melanjutkan mengisi formnya. Setelah selesai ia memberikan form itu kepada Jaejoong.

”Foto copy juga tanda pengenalmu di situ.” ujar Jaejoong menunjuk mesin foto copy.

”Kau bisakan?” ujarnya lagi.

Jaerin mengangguk.

Jaejoong membaca form milik Jaerin. Lalu matanya terhenti ketika membaca tanggal lahir Jaerin.

”Mwo? Kau masih berumur tujuh belas tahun?” tanya Jaejoong.

Jaerin tersenyum.

”Ne.” sahutnya.

”Apa kau tidak sekolah?” tanya Jaejoong.

”Aniyo. Aku sudah lulus.” sahut Jaerin.

Jaejoong terkejut.

”Mwo?”

Jaerin selesai memotocopy tanda pengenalnya. Ia mengambil tanda pengenalnya beserta fotocopyannya. Ia memberikan hasil fotocopy kepada Jaejoong.

”Aku lompat kelas. Sudah kulakukan itu sejak di sekolah dasar.” jelas Jaerin kemudian duduk di depan Jaejoong.

”Kau pintar sekali ya. Kapan kau lulus SMA?” tanya Jaejoong antusias. *senangnya dipuji. Jadi besar kepalah XD*

”Setahun yang lalu aku lulus ku~ eh, lulus SMA.” sahut Jaerin.

Ia menyembunyikan kebenaran bahwa tahun kemarin ia baru lulus kuliah.

”Kau tidak melanjutkan kuliah?”

”Eh~ aku… Aku… Aku… Sedang malas untuk kuliah. Lebih baik aku bekerja. Menghasilkan uang.” ujar Jaerin beralasan kemudian tersenyum.

”Sama. Aku juga begitu. Aku tidak melanjutkan kuliah dan meneruskan pekerjaan abojiku ini.”

”Aboji?”

”Ne. Yayasan ini milik abojiku.” sahut Jaejoong dengan raut wajah yang tak begitu senang.

”Aku baru sadar jika ini TK Matahari, yayasan anak yatim piatu yang memiliki TK dan SD.”

”Ne. Kau tidak memperhatikan ya?”

Akademi Kkotbi

”Mwo?” sontak keempat gadis terkejut mendengar perkataan Hikari.

”Ternyata diam diam kau punya kenalan akademi Haenol ya.” ujar Hyerin.

”Tapi aku yakin, kenalanmu itu tidak sekeren sekumpulan pemuda yang kemarin kita lihat di dekat cafe.” seru Hyejin.

”Ya, pemuda Jepang maniak Naruto. Sepertinya sikap pemuda itu pasti tak jauh berbeda dengan Naruto.” sahut Hyekyu.

”Mungkin juga dia cupu. Karena tiap harinya selalu chatingan dengan Hikari dan membaca komik.” sahut Hyerin.

”Dia gak sebegitunya kok. Dia kadang meluangkan waktu untuk latihan.” sahut Hikari cemberut.

”Hikari, kau akan menemuinya?” tanya Heena.

”Tidak mungkin setelah tahu akademi Haenol itu akademi seperti sekolah kita, hanya bedanya di sana berisikan laki-laki. Aku tidak mau menjadi gadis seperti yang diceritakan Narutokun kepadku.” jelas Hikari.

”Tunggu dulu Narutokun?” sahut Hyejin.

”Gadis seperti yang diceritakan? Apa maksudmu?” sahut Hyekyu tak mau kalah.

Hikari tak menghiraukan pertanyaan temannya.

”Nanti di cafe akan ku ceritakan. Aku duluan. Aku mau beli komik.” ujar Hikari kemudian berlari keluar dari sekolah.

Heena mendecakkan lidah.

”Anak itu. Ah sudahalah. Sekarang mana dua anak itu? Mereka jadi ikut gabung gak?” sahut Heena.

Hyekyu melihat arlojinya.

”Lama sekali bel pulang sekolah berbunyi lima belas menit yang lalu. Mengapa lama sekali?” cletus Hyekyu setelah melihat arlojinya.

”Opha, kau lulusan mana?” tanya Jaerin kepada Jaejoong saat mereka tiba di taman.

”Akademi Haenol.” jawab Jaejoong.

”Berarti kau kenal dengan oppa ku.” seru Jaerin.

”Siapa?”

Jaerin melangkah cepat dan duduk di ayunan yang kemarin ia duduki. Jaejoong mengikutinya. Ia duduk di ayunan yang lain.

”Lee Donghae.” ujar Jaerin.

Jaejoong menatap Jaerin tanpa berkedip. Jaerin memandangnya.

”Kau kenal?” tanya Jaerin.

Jaejoong tetap memandangnya. Jantung Jaerin semakin berdegup kencang. Lalu Jaerin mengalihkan wajahnya ke depan dan berayun.

”Ne. Aku mengenalnya. Dia temanku. Dia juga sering cerita jika dia memiliki adik. Adik angkat lebih tepatnya.” ujar Jaejoong.

”Donghae oppa sering membicarakanku ya?” tanya Jaerin sambil berayun.

”Ne. Dia selalu membanggakanmu.” jawab Jaejoong.

”Kau sama denganku.” sahutnya lagi.

Jaerin berhenti berayun. Ia memandang Jaejoong yang berwajah sedih.

Pusat kota

Cafe

”Hash~ macam mana pula yang kau pesan itu?” sahut Heena.

Hyekyu geleng-geleng kepalah, Hyerin cuma melongo, sementara Hyejin mendelik melihat porsi makan sonaraenya. Jaesi cekikan melihat sonbaenya itu. Jungsae memperlihatkan giginya kepada orang yang sedang bersamanya.

Jaesi lansgung melemparkan senyum kecut.

”Lebih baik kau ke meja lain saja. Meja ini cukup untuk enam orang normal. Dan kau itu tidak normal. Jatah makanmu itu melebihi dua dorang tahu!” omel Jaesi.

Jungsae langsung cemberut.

”Iya, iya aku akan pindah.” ujar Jungsae kemudian bangkit dan duduk di meja dekat meja yang ia duduki tadi. Lalu ia membuka tasnya dan mengambil sebungkus kripik untuk dimakan.

”Andai saja Hyunkyo onnie ada disini. Pasti dia tertawa senang.” ujar Hyerin.

”Hyunkyo onnie? Siapa dia? Lalu mengapa ia tertawa senang?” tanya Jaesi penasaran.

”Hyunkyo onnie adalah anak pemilik cafe ini. Ia juga bekerja sebagai pelayan di tempat ini.” jawab Hyekyu.

”Hyunkyo omoni, menyarankannya untuk bekerja di cafe ini.” tambah Hyejin.

”Karena tidak ahli membuat minuman maupun makanan dan tidak ahli sebagai manejer. Ia memutuskan menjadi pelayan.” lanjut Heena.

”Dia senang melihat orang yang suka makan. Karena dia juga suka makan. Tapi akhir-akhir ini tidak seberapa.” jelas Hyejin.

Jaesi mengangguk mengerti. Jungsae yang mendengar hanya tersenyum senang. Ternyata ada juga orang yang tidak membenci hobinya itu.

”Ohya, ceritakan pemuda akademi Haenol yang kau tabrak kemarin. Jelaskan siapa nama mereka?” sahut Hyejin dengan wajah berseri-seri.

Pusat kota

”Mianhae aku tidak bisa mengantarkanmu lebih jauh dari ini.” ujar Jaejoong.

Jaerin menggelang.

”Tidak apa-apa. Kamsahamnida opha.” celetuk Jaerin kemudian meninggalkan Jaejoong.

Jaejoong menatap Jaerin hingga gadis itu tak terlihat lagi oleh kedua matanya.

Jaerin melangkah dengan senyum mengembang. Ia membayangkan senyuman Jaejoong yang menghangatkan hatinya.

Lalu langkahnya terhenti disebuah toko buku.

”Besok aku sudah menjadi guru TK. Aku harus mencari buku cerita untuk muridku.” ujarnya.

Kemudian ia memasuki toko buku tersebut. Di carinya buku yang ia cari. Kemudian ia mengambil beberapa buku yang menurutnya menarik. Ia tersunyum dan berjalan menujuh kasir.

BRUK

Jaerin tersandung sesuatu. Untung saja hanya buku-buku yang ia bawah yang terjatuh.

Seorang gadis melihat asal muasal suara tadi. Lalu ia menyadari. Tas yang ia geletakkan di lantai mengganggu pelanggan lain.

”Mianhae, mianhae…” Ucap gadis itu berulang-ulang.

Jaerin memungiti bukunya. Lalu ia bangkit.

”Kenapa kau letakkan tasmu di situ?” tanya Jaerin.

”Ah, aku lupa.” sahut gadis itu.

”Hey Hikari. Lagi-lagi kau lupa menitipkan barangmu itu ya.” triak seseorang di tempat penitipan barang.

”Ne. Salah sendiri kau tidak mengingatkannya!” triak Hikari.

”Mianhae ya.” ujar Hikari kepada Jaerin.

Jaerin tersenyum.

”Ne. Kau orang Jepang?”

Hikari mengangguk.

”Nol.”

”Mwo?” sahut Hikari.

”Nama Koreamu Nol jika begitu.” cletus Jaerin.

”Ne. Kau tahu bahasa Jepang?”

Jaerin mengangguk.

”Aku sering ke Jepang saat musim semi. Aku juga kenal beberapa orang di sana. Ohya kau asli Jepang mana?”

”Osaka.”

”Osaka, ya. Aku pernah ke sana. Pemandangannya indah.”

Hikari tertawa senang.

”Kau sekolah di akademi Kkotbi?” tanya Jerin melihat seragam Hikari.

”Ye. Aku tinggal di asramanya.”

”Setelah ini kau kemana?”

”Aku? Ke cafe kenapa?”

”Aku ingin bertanya sesuatu. Tapi sebelumnya watashi no namae wa Kim Jaerin desu.”

”Watashi no namae wa Matsuyama Hikari desu.”

mereka tertawa.

”Kau mau ke kasir Hikari?” tanya Jaerin.

Hikari memungut tasnya.

”Ne.”

”Ayo kita ke sana bersama-sama!” seru Jaerin.

Mereka berjalan ke arah kasir bersama dan membayar barang yang mereka beli. Saat akan keluar. Mereka berpapasan dengan sesorang. Jaerin memperhatikan orang itu. Dia seorang siswa akademi Haenol dan sama seperti Hikari, orang Jepang. Hikari tak memperhatikan orang itu. Ia sibuk membuka komik yang baru ia beli.

Akademi Haenol

“Dia sedikit aneh. Sudah jangan kau pikirkan.” Cletus Leeteuk.

“Apa dia setiap hari selalu begitu?” tanya Siwon penasaran.

“Ya, begitulah. Dia sangat menyukai renang. Ia renang jika dia sedang bersuka maupun berduka.” Jawab Leeteuk tenang.

“Jika dia tidak melakukannya?”

Leeteuk berhenti berjalan kemudian Siwon ikut-ikutan berhenti.

“Ada kemungkinan dia mulai jenuh renang. Biasanya dia beralih ke basket. Sebelum atau sesudah sekolah, ia melakukannya.”

“Kenapa dia tidak bermain basket saja? Apa dia tidak merasa kedinginan? Apa mungkin dia sedang berduka? Jika bermain basket delam keadaan duka tidak bisa bukan.”

Leeteuk mulai kesal dengan pertanyaan Siwon yang seperti anak kecil.

“Lebih baik kau tanyakan saja pada Tatsuya.” Ujar Leeteuk kemudian berjalan meninggalkan Siwon.

Pusat kota

“Tatsuya!” panggil sesorang.

Tatsuya menoleh.

“Hai Kimbum!” sahutnya.

“Mana yang lain?” tanya Tatsuya.

Kimbum menunjuk ke belakang ke arah kerumunan gadis. Kemudian ia melangkah cepat ke Tatsuya.

“Cepat gunakan topi ini!” ujar Kimbum.

“Mwo?”

Kimbum langsung memakaikan Tatsuya sebuah topi yang sama seperti dikenakan Kimbum.

“Ayo!” seru Kimbum.

“Ayo kemana?” tanya Tatsuya

“Menyinkir jauh dari sini sebelum kita menjadi seperti mereka.” Sahut Kimbum

Ia menarik lengan Tatsuya, mengajaknya untuk melangkah cepat. Tatsuya mengikuti Kimbum. Mereka meninggalkan sahabatnya yang dikerumuni para gadis.

Minho yang menyadari Kimbum dan Tatsuya meninggalkan merekapun berteriak.

“HAI! HAI! JANGAN PERGI KAU! HAI TUNGGU KAMI!”

Ia hendak keluar dari kerumuna gadis tapi tak bisa.

“Aish!!!”

“Sudahlah hyung! Kita layani saja mereka.” Ujar Kyuhyun yang asyik melayani para gadis berfoto ria dan menerima hadiah. Bahkan ada juga yang meminta tanda tangannya. Ia merasa menjadi artis.

Minho kesal.

“Ku beri kalian waktu satu menit untuk memotretku. Aku akan menghitung dari satu hingga sepuluh, areso?” ujar Minho kesal kepada para gadis yang mengitarinya.

“Ne.” sahut para gadis.

“Il, I, sam, sa, o …… osibphal, osibgu, yuksib. Sudah satu menit.” Ujar Minho. Dia menghitung dengan cepat. Tidak sampai satu menit.

Kyuhyun ditariknya keluar dengan setengah berlari.

Pusat kota

Café

“Mwo?” sontak Hyekyu, Hyejin, Hyerin, dan Heena bersamaan mendengar penjelasan Hikari.

Jaesi berhenti meneguk minumannya. Sementara Jungsae berhenti menyemil makanannya. Jaerin memperhatikan raut wajah mereka baik-baik. Ia tersenyum.

“Lalu bagaimana dengan Tatsuya oppa dan Leeteuk oppa?” tanya Jungsae.

Hikari mengangkat bahunya tidak tahu.

“Hikari kau duduk di meja ini. Aku mau tanya lagi.” Ujar Hyejin menunjuk kuris kosong.

“Tidak. Aku di sini saja bersama Jaerin dan Jungsae.” Sahut Hikari.

Tiba-tiba sesorang mengetuk kaca di dekat Jungsae duduk. Jungsae menengok. Jantungnya seakan-akan berhenti melihat sosok yang tersenyum kepadanya. Orang itu masuk ke dalam café. Hyekyu, Hyerin, Heena, Hyejin, Hikari, Jaerin dan Jaesi memperhatikan orang itu hingga orang itu berdiri di samping Jaerin duduk. Ia melapasakan topi yang ia kenakan.

“Annyonghaseyo. Boleh saya bergebung?” ujar orang itu.

Hyerin, Heena, Hyejin, dan Hyekyu terdiam kaku. Jaesi mengangguk pelan sambil memegang sedotan minumannya. Hikari mengangguk tak peduli. Jungsae tetap membeku melihat ke kaca. Sementara Jaerin berkata,

“Ne, kau boleh bergabung bersama kami.”

Orang itu merupakan siswa akademi Haenol yang bernama Kim Sang Bum, langsung duduk di depan Jungsae.

“Pesananmu banyak juga ya.” Ujar Kimbum mengambil kentang goreng yang ada di hadapannya.

Jungsae menatap ke arah Kimbum seakan akan tidak percaya apa yang dilihatnya.

“Kau yang bernama Kim Sang Bum?” cletus Jaerin.

Kimbum mengarahkan wajahnya ke Jaerin yang duduk di ujung.

“Ne. mereka berdua yang cerita ya?”

Jaerin mengangguk.

“Kau akademi Kkotbi juga seperti mereka?” tanya Kimbum.

“Aniyo. Aku sudah lulus SMA setahun yang lalu dan sekarang aku sudah bekerja.”

“Mwo?”

“Dia lompat kelas Kimbum.” Sahut Hikari dengan sedikit penekanan di akhir kalimatnya.

“Lulusan akademi Kkotbi?” tanya Kimbum lagi.

Jaerin tersenyum kemudian menggelang.

“Dia sekolah di luar negri. Dia baru pulang ke negaranya tercinta ini.” Cletuk Hikari.

“Hikari. Dia bertanya kepada Jerin bukan kau.” Sahut Hyejin.

“Suka-suka aku. Mereka berdua gak kebertan bukan.” Ujar Hikari kemudian menegok ke Kimbum, ia tersenyum. Menengok lagi ke Jaerin, ia tersenyum juga.

“Hikari-chan, anata no yuuki na shoojo desuka?” ujar Jaerin.

Keempat H berdiskusi.

“Bukankah yuki itu salju?” ujar Heena.

“Lalu shojo itu kalo gak salah orang hutan.” Cletuk Hyerin.

Hyekyu dan Hyejin mengangguk.

“Jaerin!” bentak Hyekyu.

“Brani-braninya kau mengatahi Hikari orang hutan salju.” Bentak Hyejin.

Kimbum menutupi mulutnya menahan tawa. Hikari tertawa terbahak-bahak. Jaerin tertawa.

“Aniyo. Bukan itu artinya.”

Hikari mencoba menahan tawa ia berkata.

“Hikari, kau gadis yang bersemangat ya? Itu yang Jaerin katakan.” Hikari tertawa lagi.

“Jaerin onnie pintar juga ya. Kau ahli berapa bahasa kak?” tanya Jaesi yang duduk sejajar dengan Jaerin.

Semantara itu 4H tersipu malu. Mereka meneguk minuman mereka masing-masing.

Jaein berpikir.

“Empat bahasa.” Jawab Jaerin. Ia berbohong.

Semua orang memamndangnya.

“Apa saja onnie?” tanya Jungsae yang sedari tadi diam membeku.

“Bahasa kelahiranku ini tentunya, Inggris, Jepang dan Mandarin.” Jawab Jaerin.

“Baik, onnie kau jadi guru lesku ya. Nilai bahasaku tidak seberapa bagus.” Sahut Jungsae.

“Ne.” Ujar Jaerin.

“Hei kau!” bentak seseorang.

Jaerin medongak. Hikari menoleh. Jungsae menatap tertegun. Kimbum menelan ludah melihat sosok oarng yang membentak itu. Jaesi terdiam melihat orang itu. Hyejin menatap tidak percaya. Hyekyu langsung tegang melihat orang itu. Heena mengamati orang itu. Hyerin terheran-heran melihat sosok orang itu.

~to be cuntinue…..~

Gimana gimana bagaiman?

bagus gak?

apa aneh?

Mohon komentar sejujur-jujurnya ^o^

About Lyra Callisto

Saya tuh orang yang aneh karena susah ditebak. Saya suka dengerin musik terutama Kpop, ngetik/nulis fanfiction, buka akun, ngedance, nonton acara about korea Status: menikah dengan Kim Jaejoong, bertunangan dengan Lee Donghae, berpacaran dengan Choi Minho, berselingkuh dengan Cho Kyuhyun, mengakhiri hubungan dengan Choi Siwon, menjalin hubungan dengan Choi Jonghun, berkencan dengan Kevin Woo, menjalin hubungan tanpa status dengan Nichkhun dst.

Satu tanggapan »

  1. keren bgt author n Q dbuat mkin pnsran,,, tp krn kbnyakan cast koq Q jd bngung,,, makax Thor cpetan lnjtinx…. Q tnggu part slnjutx… ^^

  2. keren lyra…… aku ska bgt…. wlopun aku da bca dr note kmu, tp, aku ga bsen….. mian aku ga koment dpart 1. krna udah da part 2 pas aku bca. mian jg aku ga komen d-note kamu…. krna wkt aku bca, tnyata ff ni, da lama… tp, aku mo nyampein….. ff ni keren…..:)

Tinggalkan Balasan ke MaftukhahCN Batalkan balasan