Tag Archives: Hongki

Raining

Standar

image

image

image

image

Location in Japan.In about FT Island’s story. Before they knew as FT Island. It’s little story but deep in our heart.

<p>Genre: Endless Story (Spring)

Rate: PG

Jonghun menatap langit. Kemudian ia memejamkan matanya. Membiarkan angin musim semi menerpa wajahnya. Rasanya sejuk. Sejuk sekali. Ia menghirup udara musim semi yang begitu menenangkan. Tak lama kemudian setetes air jatuh mengenai wajahnya. Ia tidak berkutik. Hingga beberapa tetes jatuh membasahi wajahnya barulah ia membuka matanya. Langit tak lagi biru. Udara semakin dingin. Ia bergegas kembali ke rumah.
Ia berhenti di atas batu besar. Ia ingat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Saat ia berusia delapan tahun. Ia pernah mengikat janji dengan seorang gadis di atas batu besar yang ia injak. Ia berjanji akan kembali untuk menemui gadis itu. Bersamaan dengan itu hujan mulai mengguyur tubuhnya.
Ia kembali memandang langit. Ia merasa ada sesuatu yang terlupakan. Lalu ia kembali berjalan. Di tengah jalan ia berhenti. Tepat di jembatan. Ia melihat seorang gadis berdiri tanpa alas kaki menari-nari. Matanya terpejam. Seketika itu Jonghun teringat gadis yang ada di masa kecilnya. Gadis itu juga melakukan tarian serupa saat hujan turun.
Read the rest of this entry

I’m Sorry My Love

Standar

tittle : I’M SORRY, MY LOVE

author: WinkiesWingers

rate: PG – 15

genre : Romance, drama

cast:

Kim Eun Si

Kim Jong Woon (Yesung) as him self

Kim Hee Chul as him self

Author as Yoon Ji Hwa

Lee Hong Ki as him self

and other cast

note: Hello..Hello.. Hello.. Hello*lupin mode:on* . Author balik lagi bawain FF oneshot dengan genre yang sama sperti sebelumnya ==’ … happy read ^^

 

======  I’M SORRY, MY LOVE =====

Melihat pemandangan yang ada di depan mataku, aku hanya bisa diam mematung. Tak tahu harus berbuat apa. Airmataku turun begitu saja saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kekasihku mencium gadis lain. Hubungan kami masih seumur jagung. Baru sebulan lalu ia menyatakan cinta kepadaku dan tentu aku menerimanya karena aku juga mencintainya. Tapi, apa-apaan ini? Ia mencium gadis lain disaat ia masih memiliki kekasih. Tidak hanya itu, aku juga pernah melihat mereka jalan berdua. Dan bodohnya sampai sekarang aku masih mempertahankan hubungan kami. Tak pernah terbesit di pikiranku untuk memutuskannya. Mungkin karena aku terlalu mencintai lelaki bodoh itu.

 

Sampai suatu ketika, dia memutuskan hubungan kami hanya karena ia ingin melanjutkan sekolahnya ke luar negeri.

“Kenapa harus putus?”

“Aku tidak bisa melakukan long distance, Eun Si-ya. Mianhae..” tuturnya datar dan meninggalkanku seorang diri.

“Yesung oppa!!” teriakku.

 

Aku terduduk lemas di depan rumahku. Aku menangis sejadi-jadinya. Setelah ia bermain di belakangku dengan gadis lain tanpa pernah mengaku padaku. Sekarang ia memutuskan hubungan kami begitu saja. Seandainya dulu ia mengaku, mungkin saja aku bisa memaafkannya dan merelakannya dengan gadis itu. Dan yang pasti aku tidak merasakan hancur seperti ini. Rasa cinta yang terus aku pertahankan kini mencair sudah. Rasa itu telah berubah menjadi kebencian seutuhnya.

 

“Eun Si-ya..” Hee Chul oppa yang melihatku menangis langsung datang memelukku. “Uljima..”

“Aku membencinya, oppa! Aku membencinya!” teriakku dalam tangis.

“Arasseo.. Arasseo..” sahutnya sambil terus menenangkanku.

 

===========================

 

Sejak kejadian itu, aku menjadi sosok yang dingin dan pemurung. Hatiku pun menjadi beku dan sedingin es. Akibat kejadian beberapa tahun lalu itu pandanganku tentang lelaki pun berubah. Aku selalu berpikiran kalau laki-laki hanya bisa menyakiti dan mempermainkan perasaan perempuan. Itulah sebabnya aku menolak mereka yang mencoba mendekatiku. Padahal, sebagian besar laki-laki yang mendekatiku memiliki wajah yang tampan dan ber-uang.

 

“Eun Si-ya, kenapa mereka kau tolak semua?” tanya Hee Chul oppa suatu hari.

“Karena aku tidak berminat menjalin hubungan dengan laki-laki.”

“Kalau begitu, sekarang kau berminat menjalin hubungan dengan perempuan? Eun Si-ya! Kenapa kau jadi tidak normal begini?!” pekiknya sambil mengguncang-guncang badanku. Aku hanya menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku.

 

Buukkk!!

 

Sebuah bantal mendarat mulus di kepala Hee Chul oppa. Hee Chul oppa lantas mengusap-usap kepalanya.

“Chagiya! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melempar bantal kearahku?”

“Jangan bicara yang tidak-tidak, oppa. Mana mungkin Eun Si unnie berminat dengan perempuan.” kata Ji Hwa sambil menatap tajam Hee Chul oppa.

“Aku kan hanya bercanda, chagiya. Chagiya jangan marah ya..” bujuk Hee Chul oppa. Ia bergelayut manja di lengan Ji Hwa. Dasar! Kalau dengan Ji Hwa saja ia bersikap manis.

 

Terkadang aku merasa aneh dengan pasangan ini. Bagaimana bisa dua orang yang berbeda bisa bersatu? Sifat mereka sangat bertolak belakang. Ji Hwa yang kalem dan terkesan pendiam sedangkan Hee Chul oppa aneh, urakan, dan bersikap seenaknya sendiri. Mereka cepat bertengkar, tapi rujuknya pun juga cepat. Mereka pun juga jarang terlihat tampil mesra.

 

Daripada terus-terusan memperhatikan mereka dan melihat sikap Hee Chul oppa yang sok manis di depan Ji Hwa, aku memutuskan pergi ke cafe favoritku yang terletak tak jauh dari rumahku. Sesampainya disana aku langsung duduk di tempat yang biasa aku duduki. Sangat nyaman. Suara angin yang menyapu rumput hijau serta suara gemericik air mancur buatan, membuat suasana hati siapa saja yang datang ke cafe ini menjadi tenang. Tapi ternyata keputusanku untuk datang kesini adalah salah. Kenyamanan yang aku rasakan tadi langsung lenyap saat aku melihat kembali sosok lelaki itu memasuki cafe ini. Aku berusaha menutupi wajahku agar kehadiranku tak disadarinya.

 

“Eun Si?”

Aku mengangkat kepalaku dan menatap orang yang memanggil namaku.

“Hongki?”

“Ahh, Eun Si-ya! lama tidak bertemu!” Hongki langsung memelukku. Aku membalas pelukannya.

 

 

Sudah lama aku tidak bertemu dengan bocah satu ini. Lee Hong Ki, ia teman dekat Hee Chul oppa. Hong Ki dulu sering sekali mampir ke rumah kami dan itu membuat aku dengannya menjadi akrab.

 

“Kemana saja kau selama ini? Kenapa tidak pernah lagi main ke rumah?” tanyaku pada Hong Ki.

“Mianhae, aegya. Aku melanjutkan sekolah ke luar negeri.” jawab Hong Ki. Ia masih sama seperti dulu, memanggilku dengan sebutan ‘aegya’ dan aku tidak mempermasalahkan hal itu.

“Nappeun! Kenapa kau tidak mengabari kami?”

“Haha. Bagaimana bisa aku mengabari kalian sedangkan kalian saat itu pergi ke Daegu? Aku mencoba menelepon kau dan Hee Chul hyung tapi tak ada yang menjawab teleponku itu. Dasar!” keluh Hong Ki sambil mengacak-acak rambutku. “Oya, kebetulan kita bertemu. Aku kenalkan kau dengan teman baruku. Hyung!”

 

Kemudian, seseorang muncul dari belakang Hong Ki. Aku sangat terkejut saat mengetahui siapa teman Hong Ki itu. Setelah sekian lama tidak bertemu bahkan mungkin aku sudah melupakannya, kami di pertemukan kembali. Rasa benci yang sudah aku kubur dalam-dalam kini kembali menyeruak. Tapi, tidak dipungkiri masih tersimpan di dalam hatiku rasa rindu untuk lelaki ini.

“Hyung, kenalkan ini Kim Eun Si. Eun Si, ini Yesung hyung.” Hong Ki memperkenalkan kami.

 

===========================

 

Aku tidak tahu apa yang sedang Tuhan rencanakan untukku. Kenapa Tuhan harus kembali mempertemukanku dengan lelaki itu.

Saat ini aku tengah mencari CD kaset penyanyi kesukaanku di toko kaset yang terletak di daerah myeongdong. DIkarenakan aku tidak menemukannya, aku mencoba bertanya pada penjaga toko kaset itu.

 

“Ah, Mianhamnida aegesshi. CD itu…” ucapan penjaga toko itu terpotong karena ada orang yang datang menghampiriku.

“Eun Si? Sedang apa kau disini?”

“Ye–Yesung-ssi.”

“CD itu baru saja dibeli oleh tuan ini..” Penjaga toko itu melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong.

“he? Jadi kau mencari CD ini? Wah, sayang sekali. Mianhae Eun Si-ya, aku dulu yang mendapatkannya.” kata lelaki ini sambil menyeringai.

 

Aku hanya menatapnya dengan kesal lalu pergi keluar dari toko kaset itu. Ia pun mengikutiku keluar dan menahanku. “Kenapa terburu-buru begitu? Bagaimana kalau kita mampir ke cafe? Aku traktir deh.”

“Tidak perlu, Yesung-ssi. Terima kasih.” jawabku angkuh dan pergi meninggalkannya.

 

– [[ YESUNG POV ]]-

 

Hari ini aku memutuskan jalan-jalan di daerah Myeongdong. Saat melewati toko kaset, aku berhenti sejenak di depannya. Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam dan membeli cd kaset yang kebetulan yang sedang aku cari tersisa satu. Tanpa pikir panjang aku langsung membelinya. “Pasti dia akan menyukainya.” gumamku senang sambil menatap CD itu.

 

Selang beberapa menit saat aku masih ada di depan meja kasir, seorang gadis memasuki toko kaset ini. Aku sangat terkejut ketika mengetahui gadis itu adalah Eun Si. Tampaknya ia sedang mencari CD kaset yang sama seperti yang aku beli dan sayang ia tidak mendapatkannya karena terdahului olehku.

“he? Jadi kau mencari CD ini? Wah, sayang sekali. Mianhae Eun Si-ya, aku dulu yang mendapatkannya.” ucapku sedikit menyombongkan diri. Tapi, reaksi yang ia berikan membuatku menjadi merasa bersalah. Ia pergi keluar begitu saja. Tak kehabisan akal, aku keluar menyusulnya dan kutarik lengannya.

“Kenapa terburu-buru begitu? Bagaimana kalau kita mampir ke cafe? Aku traktir deh.” aku berusaha bersikap ramah padanya. “Tidak perlu, Yesung-ssi. Terima kasih.” jawabnya sambil menatapku tajam. lalu, pergi meninggalkanku yang masih berdiri menatap punggungnya.

 

Aku menghela napas. Sikapnya padaku telah berubah. Eun Si yang hangat berubah menjadi Eun Si yang dingin. Ada kebencian yang tersirat dari matanya saat ia menatap wajahku. Sekaligus aku juga melihat kesedihan yang terpancar dari matanya. Aku menyadari, akulah yang membuatnya membenci diriku. Aku tersenyum walau hatiku terasa miris mengingat apa yang telah aku lakukan padanya dulu. ” Eun Si-ya, mianhae. Tapi, itu harus aku lakukan padamu.”

 

-[[ YESUNG POV END]]-

 

===================================

 

Sejak bertemu di toko kaset, entah kenapa beberapa kali kami bertemu tanpa sengaja. Apa ini yang namanya takdir dan jodoh? Tuhan memisahkan kami dulu dan sekarang Tuhan mempertemukan kami kembali. Bahkan berkali-kali kami dipertemukan tanpa sengaja. Entahlah. Aku tidak terlalu peduli dengan yang namanya takdir atau pun jodoh.

 

“Eun Si?” panggil seseorang. Aku pun menoleh kearah sumber suara. Dia lagi? Ya Tuhan!

“Sedang apa kau disini?” tanya Yesung padaku yang tengah berjalan-jalan di taman kota.

“Bukan urusanmu.” jawabku sekenanya dan melanjutkan kegiatan memotretku yang terhenti tadi.

“Kau masih menyukai fotografi ya?” Yesung berdiri disampingku sambil melihat pemandangan yang tersaji di taman kota ini. Aku tidak menggubrisnya dan malah sibuk melihat hasil fotoku. Lalu, aku berjalan mencari view yang bagus dan memotretnya.

“Kau tak berubah, Eun Si-ya. Masih sama seperti dulu. Suka memotret pemandangan.” tuturnya sambil mengikuti kemanapun kakiku melangkah.

Aku yang mulai risih dengannya, menghentikan langkahku. “Berhentilah mengikutiku!” bentakku kesal.

 

Setelah seharian mengelilingi kota Seoul untuk menambah koleksi foto landscapeku, aku memutuskan pulang ke rumah. Saat memasuki ke dalam rumah, aku melihat ada banyak sepatu asing yang tergeletak rapi di lantai. Aku pun melangkah masuk ke dalam dan langsung disambut ramai oleh teman-teman Hee Chul oppa dan teman-teman Ji Hwa yang sekaligus temanku.

“Kim Eun Si! Welcome home, babe!” teriak Hong Ki riang. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan salam pada mereka. Kemudian berjalan menuju kamarku.

 

Aku merebahkan diri ke kasurku. Rasanya sangat lelah sekali. Tiba-tiba wajah Yesung  terbayang di benakku. Tadi aku melihatnya berada diantara teman-teman Hee Chul oppa. Ia tersenyum kearahku. Senyumannya itu masih sama seperti dulu. “Aghh! Kenapa aku jadi memikirkannya?” gerutuku sambil mengacak-acak rambutku sendiri.

Tak lama kemudian Ji Hwa masuk ke dalam kamarku. “Unnie, kenapa tidak ikut bergabung dengan kami? Masa unnie tega membiarkan aku seorang diri diantara kumpulan laki-laki seperti mereka?” bujuk Ji Hwa dan duduk disampingku. Melihat tatapan matanya yang seperti puppy membuatku tak bisa menolak. Jujur, aku sedang malas untuk bergabung dengan teman-teman Hee Chul oppa. Terlebih lagi ada Yesung diantara mereka. Membuatku semakin malas. Tapi, aku lemah melihat tatapan Ji Hwa tadi. Gadis ini seperti anak anjing. Lincah, ceria, menggemaskan, dan sangat manis. Pantas saja Hee Chul oppa menyukainya. *nyahaha, heenim bakal dicincang teukie gr2 suka am author :p*

 

“Kemana mereka?” tanyaku pada Ji Hwa saat melihat ruang tengah yang ramai tadi mendadak sepi.

“Mereka ada di taman belakang. Kita akan pesta Barbeque.” jawab Ji Hwa antusias.

 

Setelah melihat kedatanganku, kami pun memulai pestanya. Sudah aku duga akan seperti ini. Berhasil membujukku sekarang malah sibuk menempel dengan Hee Chul oppa. Alhasil, aku hanya duduk di bangku tamanseorang diri sambil menikmati Orange Juice. Aku memperhatikan mereka. Hong Ki, Key dan Ryeowook oppa sibuk memanggang daging. Simon oppa, Dong Hae oppa, Eun Hyuk oppa dan Jung Mo oppa meramaikan suasana dengan menyanyi dan bermain gitar. Sang Chun oppa sedang bercanda ria dengan Han Geng gege, Hee Chul oppa dan Ji Hwa. Sung Min oppa menyiapkan wine bersama Kyu Hyun oppa . Yesung, dia sedang berjalan kearahku. EH? sial! kenapa dia harus kesini sih?

 

“Sendirian?”

“Ne.”

“Kenapa tidak bergabung dengan mereka?”

“Malas.”

“Oh.”

 

Apa-apaan ini? Percakapan yang sangat hambar. Aku menghela napas dan menatap lagit malam yang kebetulan hari itu banyak sekali bintang yang bertebaran. Bahkan aku menemukan rasi bintang Cassiopeia yang bersinar paling terang malam itu.

“Whoa~ yeppeoyo.” ucapku spontan. Namun, tiba-tiba hal yang tak kuduga-duga terjadi.

“Eun Si-ya..” panggil Yesung.

“Mm?” aku menoleh dan mendapati Yesung sedang menatapku dengan tajam. Bahkan kini tangannya menggenggam tangan kananku. Aku tidak bisa berkutik. Sejak pertama mengenalnya, aku terlalu lemah dengan tatapan matanya itu. Mendadak jantungku berdebar  lebih cepat. Ia mendekatkan wajahnya kearahku dan semakin dekat.

 

“Chamkkanman! Chamkkanmanyo!!” jeritku dalam hati sambil menutup rapat mataku.

“Hayooo!! Sedang apa kalian?” teriak Hee Chul oppa mengagetkan kami berdua. Aku langsung membuka mataku. Aku langsung menarik napas lega. Sekilas aku melihat ia menundukkan kepalanya. Malu? mungkin.

“Nah yaa! Eun Si, ketahuan..” cibir Hee Chul oppa membuat kami berdua salah tingkah.

“Apaan sih?”  aku langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

 

Barbeque pun telah siap, kami segera menyantapnya. Selama pesta itu, aku terus bersama dengan Hong Ki dan berusaha menghindari Yesung. Kami bercanda bersama dan itu sangat menyenangkan. Berkali-kali aku melihat Yesung terus menatap kearah kami. Bahkan saat tangan Hong Ki merangkul pundakku, ia menatapku dengan tajam. Tapi, aku tak mau ambil pusing tentang itu. Aku malah membalas rangkulan Hong Ki. Entah setan apa yang merasukiku, selama pesta aku terus menempel pada Hong Ki. Aku berusaha bersikap mesra dengan Hong Ki dihadapan Yesung. Aku juga tidak tahu kenapa aku melakukan ini. Mungkin aku ingin membalas dendam bagaimana sakitnya hatiku saat ia bersama gadis lain.

 

Pesta pun akhirnya selesai pada dini hari sekitar pukul 2 pagi.

“Ahhhh.. kenapa harus sudah selesai? Kita lanjutkan lagi saja sampai pagi..” keluh Hee Chul oppa yang tampaknya sudah mabuk karena terlalu banyak minum wine dan soju. Jalannya pun sudah sempoyongan seperti itu.

“Oppa! Kau sudah mabuk..” Ji Hwa langsung menopang tubuh Hee Chul yang hampir terjatuh.

“Yoon Ji Hwa. Kau milikku! Aku mencintaimu, Yoon Ji Hwa! Hhahaha..” ucap Hee Chul oppa yang mulai ngelantur. tampaknya mulai bahaya ini. Hee Chul oppa mabuk dan sekarang omongannya mulai ngelantur. Sebentar lagi pasti ia akan berbuat macam-macam. Dan bingo! Ia mencium bibir Ji Hwa di hadapan kami. Sungguh gila! *wuah! author gak mau tanggungjwb kalo ntar teukie murka*

“Eun Si!”

Aku pura-pura tak mendengar ada seseorang yang memanggilku. Aku sudah mengenal pemilik suara itu. Aku memutuskan masuk ke dalam.

“Eun Si!!” panggil Yesung lagi dan kali ini menarik tanganku dan menggiringku ke taman yang kini sudah sepi. Genggaman tangannya terlalu kencang hingga membuatku meringis kesakitan. “Kenapa kau melakukan itu? Apa maksudnya?”

“Melakukan apa?” aku tidak mengerti apa yang ia maksud dengan melakukan itu.

“jangan pura-pura tidak tahu! Kenapa kau bersikap seperti itu dengan Hong Ki?” tanya Yesung dengan penekanan di seluruh kalimat yang ia ucapkan *??*.

“Lalu? Apa hakmu melarangku? Aku mau dekat dengan siapa sekarang BUKAN URUSANMU, Kim Jong Woon-ssi!!” bentakku emosi. Yesung melepaskan tangannya yang sedari tadi mencengkeram erat lenganku. Tatapan matanya yang tadi terlihat marah berubah menjadi sedih.

“Apa sudah tidak ada kesempatan kedua untukku, Kim Eun Si-yang?”

Aku terdiam dan hanya menatapnya. Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran lelaki ini.

“Apa kau pikir aku bisa memberimu kesempatan kedua setelah apa yang kau lakukan padaku, Yesung-ssi? Aku tidak habis pikir. Kau egois!” ucapku kesal dan bergegas menuju kamar.

 

Aku termenung di dalam kamar. Semua yang terjadi barusan terus berputar di otakku. Ia telah kembali mengingatkanku akan kejadian pahit itu. Tapi, ada satu yang mengganjal hatiku. Wajahnya. Malam tadi, dia terlihat pucat. Berbeda saat aku bertemu dengannya tadi siang di taman kota. Bahkan tangannya berkeringat dan itu dingin.

 

===================================================

 

Selama ini aku tidak pernah melihatnya sepucat itu. Pikiran-pikiran negative pun datang menghampiriku. Dan ini sudah seminggu setelah pesta Barbeque. Aku tidak pernah lagi melihat wajahnya. Terakhir ia datang ke rumah adalah sehari setelah pesta itu. Hari itu dia masih bisa tertawa dan berusaha mengajakku ngobrol seperti biasa. Seolah terlihat tak terjadi apa-apa antara aku dengannya semalam.

 

Aku yang mulai terbiasa dengan keberadaannya selama sebulan ini merasa kehilangan. Ia menghilang begitu saja setelah muncul kembali. Aku mencoba bertanya pada Hong Ki pun juga tak ada hasilnya. Sampai suatu hari aku mendapati ia tengah keluar dari Rumah Sakit dan menuju Apotik yang tepat disamping Rumah Sakit. Aku pun menunggunya di depan Apotik.

 

“Ah, Eun Si? Wae? Sedang apa kau disini?” tanya Yesung gugup. Gelagatnya terlihat aneh.

“Apa kau sakit?” aku balik bertanya.

“Ye? Ani…aniyo.”

“Lalu, kenapa kau pergi ke Rumah Sakit dan ke Apotik? Igo mwoya?” aku menunjuk sebuah tas plastik kecil yang ia bawa. Aku tebak, pasti itu obat.

“Ahh.. ige..  hanya obat. Aku sedikit demam. Makanya, langsung pergi ke Rumah Sakit..hehe” jawabnya. “Ngomong-ngomong, kenapa kau jadi peduli denganku?”

“He? Ani–aniyo! Si–siapa yang peduli padamu? Aku..aku hanya kebetulan lewat sini dan melihatmu. Itu saja.” elakku. Sebelum maluku bertambah, aku memutuskan pergi. ” Sudah ah. Aku pergi dulu.”

“Chamkkanman!”

“Wae?”

“Apa lusa kau ada waktu luang? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Dan kuyakin kau akan menyukainya. Pastikan kau bawa kamera.”

“Lihat besok.”

 

================================

 

Hari ini adalah hari yang ditentukan Yesung untuk mengajakku pergi. Sore ini Yesung sedang menungguku di ruang tamu. Sedangkan aku sedari tadi masih sibuk memilih baju. Aku terus membongkar lemari untuk mencari pakaian yang sesuai. Dan setelah menghabiskan waktu 15 menit, aku menemukan pakaian yang sesuai. Kemudian, aku keluar dan menemui Yesung. Setelah semua siap kami segera pergi ke tempat tujuan.

 

Selama perjalanan tak banyak kalimat yang kuucapkan. Aku hanya menjawab seperlunya dan mengatakan seadanya jika Yesung mengajakku berbicara. Entah kenapa aku menjadi merasa canggung di dekatnya.

“Nah, sudah sampai!” serunya. Ia segera memarkirkan mobilnya.

Aku membuka jendela dan menjulurkan kepalaku keluar jendela. “Namsang Tower? Kau mengajakku ke Namsang Tower?”

“Ne. Bukankah jika kita berada di tower itu, kita bisa melihat pemandangan? Pemandangan dari sana sangat bagus. Kau bisa memotret sepuasmu.” Yesung menatapku lembut membuat wajahku merona merah.

“Ne, arasseo.”

 

Kami pun segera menuju ke tower. Benar apa yang dikatakan Yesung. Pemandangan dari sini sangat indah. Apalagi ditambah pemandangan matahari tenggelam. Sangat bagus. Aku yang tidak mau kehilangan kesempatan lantas mengeluarkan kameraku dan memotret pemandangan yang ada di depan mata.

“Aku tidak tahu ternyata dari atas menara bisa melihat pemandangan seindah ini.” tuturku senang sambil kembali melihat hasil potretku.

“Apa kau belum pernah kesini?”

“Ye? Aku jarang datang ke tempat seperti ini.” jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari kamera. “Aku lebih suka pergi ke pantai atau keatas bukit.” lanjutku sambil tersenyum kearahnya.

“Kau masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah dalam dirimu, Eun Si-ya.” Yesung menepuk puncak kepalaku. Diperlakukan seperti itu membuat jantungku berdegup kencang.

 

Aku kembali memotret sedangkan dia pergi untuk membeli minuman. Aku membalikkan badanku menatap dirinya yang berjalan menuju mesin penjual minuman. Aku mengarahkan kameraku kearahnya dan memotret dirinya. “Kenapa kau pintar sekali memainkan perasaanku, Yesung-ssi?” gumamku sambil menatap dirinya.

“Ini untukmu. Chocolate cappucino.” Yesung memberikan sebotol kaleng minuman kepadaku. Bahkan ia masih ingat apa minuman kesukaanku.

“Gomapta.”

 

 

Saat aku sibuk memotret, aku mendengarnya bernyanyi. Sejenak aku menghentikan kegiatanku dan mendengarkannya bernyanyi. Suaranya terdengar sangat lembut dan merdu. Aku kembali memotret sambil mendengar suara merdunya melantunkan lagu.

Hampir 2 jam kami menghabiskan waktu disini. Yesung pun langsung menarikku dan ia kembali mengajakku ke suatu tempat. Ia mengajakku ke Lotte World. Disana kami menghabiskan waktu dengan menaiki beberapa wahana yang ada. Ia juga mentraktirku makan ice cream. Kecanggungan yang sangat terasa saat di Namsang Tower kini mulai mencair. Kami tertawa bersama, bercanda, dan bahkan kami berfoto bersama menggunakan kameraku. Malam itu, kami menghabiskan waktu dengan bermain dan berjalan-jalan sepuasnya di Lotte World. Akan tetapi, saat kami akan memutuskan pulang. Wajah Yesung terlihat sangat pucat. Berkali-kali aku melihatnya saat kami bermain tadi, dia seperti menahan sakit.

 

“Eun Si-ya..” panggilnya. Saat ini kami sudah berada di depan rumahku.

“Ne?”

“Maafkan aku..”

“For what, Yesung-ssi?”

“Kejadian 5 tahun yang lalu..Aku tahu, karena itu kau menjadi benci padaku dan selalu bersikap dingin padaku selama ini.”

“Sudahlah. Aku tidak ingin lagi mengingat atau membahas masalah itu. Jadi, tolong jangan bicarakan itu lagi.” suaraku mulai meninggi.

“Tapi, aku merasa sangat bersalah padamu, Eun Si. Apa kau mau memaafkanku?”

 

Aku terdiam. Entah aku bisa memaafkannya atau tidak. Perbuatannya itu benar-benar membuatku sakit hati.

 

“Tampaknya memang percuma.” Yesung berkata seraya menengadahkan kepalanya. Ia kembali menatapku. ” Aku akan terima jika kau memang tidak memaafkanku. Eun Si-ya, terima kasih untuk semuanya hari ini. Melihatmu tertawa itu sudah sangat cukup untukku.”

 

Aku menatapnya. Sungguh! Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Tiba-tiba saja ia memelukku.

 

“Saranghae, Kim Eun Si. Terima kasih kau mau bersedia menemaniku di saat-saat terakhirku ini.” Yesung melepas pelukannya dan menatap mataku dengan lembut. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kami sama-sama saling memejamkan mata. Sejurus kemudian, Yesung mencium bibirku. Aku menyambut ciumannya. Tatapannya membuatku tak bisa melawan.

“Sekarang, aku bisa pergi dengan tenang.” ucapnya setelah melepas ciuman kami.

“Mwo? memang kau…umphh.” ia kembali menciumku. Seolah tak ingin memberiku kesempatan untuk bicara. Kali ini lebih dalam dari sebelumnya dan bodohnya sekali lagi aku tidak bisa menolaknya. Oh, tidak! Tampaknya aku kembali menyukainya.

 

Seluruh tubuhku mendadak jadi lemas. Jantungku kembali berdetak lebih cepat. Aku terus melihat kearahnya yang kini telah berada di dalam mobil. Ia melambaikan tangan kepadaku dan aku membalasnya. Kenapa kau pintar sekali mempermainkan perasaanku, Kim Jong Woon? Kau membuatku cinta padamu hanya karena senyum dan tatapan matamu yang lembut. Kau membuatku membenciku dengan sikap playboymu. Dan sekarang kau kembali membuatku mencintaimu hanya dengan bersamamu seharian ini.

 

=============================

 

Sudah dua hari ini tak ada kabar dari Yesung. Dia kembali menghilang tanpa jejak. Tiba-tiba, ucapannya kembali teringat olehku.

 

“Saranghae, Kim Eun Si. Terima kasih kau mau bersedia menemaniku di saat-saat terakhirku ini.”

“Sekarang, aku bisa pergi dengan tenang.”

 

Perasaanku berubah tidak enak. Saat-saat terakhir? Pergi dengan tenang? Apa maksudnya?

 

“Eun Si-ya!!!” teriak Hong Ki. Aku langsung keluar dari kamarku.

“Hong Ki? Kenapa kau datang ke rumahku? Ada perlu apa?”

“Eun Si-ya..” wajah Hong Ki terlihat sangat pucat.

“Ne. Waeyo?” aku menatapnya dengan bingung.

“Yesung hyung. Yesung hyung, Eun Si-ya!!” Hong Ki berkata dengan suara yang tinggi. Ia terduduk lemas di lantai.

 

Tiba-tiba saja jantungku berdetak tak karuan. “Apa yang terjadi dengan Yesung, Hong Ki-ya?” Aku mengguncang-guncang tubuh Hong Ki. Tanpa pikir panjang Hong Ki langsung membawaku ke Rumah Sakit. Aku yang bertanya kenapa kesini sama sekali tidak digubrisnya. Ia tampak terburu-buru. Lalu, kami masuk ke salah satu kamar pasien. Seketika aku mematung saat mendapati Yesung tergeletak lemas diatas kasur dengan berbagai peralatan medis disampingnya.

 

Dengan perlahan aku menghampirinya. “Wae? Wae?!” teriakku sembari memegang tangannya.

“Unnie-ya..” Ji Hwa menepuk pundakku.

“Ji Hwa-ya, Hee Chul oppa..” aku memandang sekelilingku. Disana juga ada Simon oppa, Sang Chun oppa, Wookie oppa, dan yang lainnya. Mereka semua menundukkan kepala.

 

Aku datang terlambat. Yesung telah pergi. Dia tidak akan lagi membuka matanya. Aku hanya bisa menangisi kepergiannya. Ji Hwa memelukku. Ia juga menangis. Aku tidak akan lagi bisa melihat senyumnya, tidak bisa lagi mendengar suara merdunya saat bernyanyi, tidak akan ada lagi suara ocehannya.

 

-Tempat pemakaman-

 

Pagi ini Pemakaman Yesung dilaksanakan. Bersama dengan Ji Hwa dan Hee Chul oppa, aku menghadiri upacara pemakaman. Selama pemakaman berlangsung, aku hanya memandangi foto Yesung yang terpampang diatas makamnya.

 

Aku masih berdiri menatap makam Yesung. Semua pelayat telah pulang. Hanya aku dan Hong Ki seorang di makam ini. Aku juga menolak saat Hee Chul oppa mengajakku pulang. Aku meletakkan rangkaian bunga lily diatas makamnya. Aku tidak menyangka akan hal ini. Yesung pergi untuk selamanya. Dan baru kuketahui penyebab kematiannya adalah penyakit kanker paru-paru yang telah lama menggerogoti tubuhnya. “Babo..” aku berguman dan menundukkan kepalaku.

 

“Eun Si-ya..” Hong Ki menghampiriku. “Yesung hyung menitipkan ini padaku.” ujar Hong Ki sambil menyerahkan sebuah surat kepadaku. Aku menerima surat itu dan membukanya. Lalu, kubaca surat itu dalam hati.

 

Dear my love, Kim Eun Si..

 

Eun Si-ya, annyeong ^o^

Aku tahu, kau sangat membenciku karena aku memutuskanmu secara sepihak. Dan menduakanmu.

Eun Si-ya, maafkan aku. Aku terpaksa melakukan itu semua.

Saat kau melihatku berciuman dengan gadis lain serta melihatku kencan dengan gadis yang sama. itu semua hanya rekayasa. Saat itu, aku tak benar-benar menciumnya dan kencan dengan gadis itu juga adalah atas usulku sendiri. Aku tahu, aku jahat dan tega melakukan itu. Tapi, apa kau tau sebab aku melakukan itu semua. Semua itu kulakukan untukmu. Bukankah lebih baik membuatmu membenciku daripada kau mencintai lelaki berpenyakitan sepertiku yang bisa mati kapan saja. Sebulan setelah kita jadian, baru kuketahui aku mengidap kanker paru-paru. Maka dari itulah aku melakukan hal seperti itu agar kau membenciku dan melupakanku.

 

Ternyata usahaku gagal. Kau dengan mudahnya memaafkan diriku. Tapi, semakin hari penyakitku semakin parah. Para Dokter mengusulkanku untuk melakukan perawatan dan itu tempatnya di luar negeri. Maka dari itu, aku terpaksa memutuskanmu dengan alasan ingin melanjutkan sekolah disana.  Kata maaf dariku, tampaknya tak cukup untuk mengobati lukamu.

 

Setelah hampir 5 tahun aku disana, aku menyerah dan memutuskan pulang. Tampaknya ini adalah hukuman yang Tuhan berikan untukku karena telah membuatmu terluka. Penyakitku telah sampai stadium akhir dan sulit untuk disembuhkan. Kanker telah menyebar ke seluruh tubuhku.

kau tahu bagaimana perasaanku saat Tuhan mempertemukan kita kembali? Sangat senang! Aku yang telah menyerah kembali memiliki semangat. Walau kau membenciku, aku terus mendekatimu. Karena apa? Karena aku ingin menghabiskan saat-saat terakhirku denganmu, Eun Si-ya. Dari dulu cintaku selalu untukmu dan tak akan pernah berubah. Sampai aku mati, aku akan terus mencintaimu, Eun Si-ya..

 

Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan untukmu.

I love U..and I’m Sorry, my love..

 

-Kim Jong Woon-

 

Airmataku semakin deras mengalir dan membasahi kertas. Aku meremas kertas itu.

“Nappeun!” gumamku.

“Kau egois! Kau hanya memikirkan perasaanmu sendiri! Kenapa kau tidak katakan yang sejujurnya padaku? itu akan lebih baik daripada harus seperti ini. Kau datang ke dalam kehidupanku, lalu pergi begitu saja dan meninggalkan luka yang dalam untukku. Sekarang, setelah Tuhan mempertemukan kita lagi kau pergi. Kau pergi dan tak akan kembali. Disaat aku bisa lagi merasakan cinta. Kau jahat, oppa!” aku menangis sejadinya. Hong Ki langsung datang menghampiriku. Ia memelukku dan menenangkanku.

 

-THE END-