내 남자친구를 부탁해 (Chapter 3)

Standar

Annyeonghaseyo ^^

akhirnya saya bisa posting FF ini

Huft~ usdah dua minggu ya?

Mian ya~ habis akhir-akhir ini sibuk banget. maklum dah senior ^^

OK langsung saja selamat membaca ^^

 

Readers mohon komentarnya ^^

Isi e-mailmu isi usernamemu dan isi web dengan link twitter, klo gak ada ya blog atau apalah^^

 

Cast: CN BLUE
Genre: Romance, Sad
Rating: PG
Series: 4thff

내 남자친구를 부탁해 (Chapter 3)

24 Maret

Jonghyun meminta untuk menemuinya di studio. Tapi saat aku ke sana dia tidak ada. Manejernya bilang dia ada di restoran sebelah. Akupun menemuinya. Tapi apa yang aku dapat. Aku melihat pemandangan yang tidak mengenakan. Mereka saling suap. Jonghyun dan yeoja itu bermesraan kembali. Dan Jonghyun melihat aku saat itu. Dia hanya diam saja. Saat aku pergi meninggalkanya dia tidak mengejarku. Aku menangis diiringi dengan hujan yang mengguyur seluruh tubuhku.

Untung saja aku sudah minum obatku Jika tidak, mungkin aku sudah di rumah sakit karena kondisiku yang sangat parah.

25 Maret

Tadi pagi yeoja itu menemuiku. ia bertanya-tanya apa hubunganku dengan Jonghyun. Aku tidak menjawabnya. Ia mengatakan bahwa ia ada hubungan yang erat dengan Jonghyun. Ia bilang bahwa ia lebih mengenal Jonghyun dari pada aku. Ia sudah mengenal Jonghyun sejak kecil. Semakin lama aku semakin merasa tertusuk-tusuk.

Aku memandang sekeliling. Di taman ini aku memulai hubungan dangan Jonghyun dan sepertinya di taman ini aku harus mengakhirinya. Aku melepaskan cincin yang melingkar di jari manisku. Kemudian aku memberikannya kepada yeoja itu dan berkata 내 남자친구를 부탁해*.

Lalu aku berlari dengan air mata yang jatuh dari kelopak mataku. Aku kembali ke rumah. Aku lekas membawa barangku, tiketku dan sebagainya. Aku menyuruh taksi yang mengantarkanku untuk datang saat ini juga. Lebih baik aku menunggu pesawatku di bandara dari pada tempat ini.

Selamat tinggal Korea. Sepertinya aku tidak akan kembali ke mari lagi.

2 April

Setibanya di Amerika aku jatuh pingsan. Appa membawaku ke rumah sakit. Dan akhirnya ia serta onnie mengetahui penyakitku. Appa menangisiku karena penyakitku sudah kronis dan masa hidupku tidak lama lagi.

Onnieku lebih parah lagi. Ia tidak berbicara sepatah katapun. Ia hanya diam memandangiku. Ia pasti merasa terluka jika harus kehilangan orang yang ia sayangi untuk kesekian kalinya.

Hari ini aku baru bangun dari tidur panjangku. Seminggu~ mungkin jika aku jatuh pingsan lagi aku tidak akan bangun lagi.

3 April

Onnie menamparku untuk pertama kalinya. Tidak seorangpun yang menamparku sebelumnya. OK ini semua salahku. Tidak seharusnya aku mengatakan hal itu. Tidak seharusnya aku mengatakan jika aku tertidur lagi dan seminggu tidak bangun sebaiknya mereka menguburkanku karena aku tidak akan bangun lagi. Onnie pasti sangat terluka. Ia sangat sedih. Ia tidak ingin ke hilanganku.

4 April

Onnie seperti eomma. Ia selalu mengingatkanku untuk menjaga kondisi tubuh. Ia selalu bertanya apa aku sudah minum obat.

6 April

Karena takut kondisiku ia memutuskan untuk tidak bekerja. Aku menangis. Aku tidak mau semua orang mengkhawatirkanku. Aku meyakinkan mereka jika aku baik-baik saja.

7 April

Aku brwosing internet untuk mencari kabar tentang Jonghyun. Dan aku mendapatkan berita yang menggemparkan. Dalam artikel yang aku temukan itu tertera fotonya bersama dengan yeoja itu. Artikel itu mengatakan bahwa Jonghyun ada suatu hubungan dengan yeoja itu dan kemungkinana mereka berpacaran.

Hatiku sakit sekali. Air mata ini mengalir. Aku mencoba menahanyya tapi tidak bisa.

9 April

Jeoran onnie merasa khawtir dengan keadaanku. Aku seringkali meneteskan air mata tanpa sadar. Aku tidak ingin menceritakanya tapi aku tidak bisa. Ia pernah menceritakan kejadian yang menyedihkan kepadaku, tentang hubungannya dengan namjanya itu. Sekarang giliranku bercerita. Aku menceritakan tentang hubunganku dengan Jonghyun yang retak. Sepertinya bukan retak lagi tapi hancur. Aku bersikap tegar. Aku mengatkan kepadanya yeoja itu lebih cantik dariku, jadi wajar jika ia berpaling dariku. Ditambah lagi aku sering sakit-sakitan dan seringkali menghindarinya. Jadi sangat wajar jika Jonghyun pergi meninggalkanku. Tapi aku masih merasa sakit. Aku berharap ia menyusulku ke Amerika.

10 April

Aku ingin ke Disneyland bersama onnie tapi onnie menolak. Ia khawatir dengan kondisiku. Ia takut aku kelelahan dan  kemudian jatuh pingsan lalu tidak sadarkan diri dan tidak bangun-bagun.

12 April

Mereka memarahiku karena aku tidak dapat diam hari ini. Aku memasak untuk mereka, membuat kue, minuman dan yang lainnya. Aku juga bermanja-manja dengan appa. Malam ini juga aku tidur bersama onnie. Sudah lama kami tidak tidur bersama. Terakhir kali kami tidru bersama saat appa dan eomma belum bercerai.

Beberapa jam kemudian Jeoran dan appanya tiba di Korea. Jeoran tidak sabar ingin ke rumah, lebih tepatnya rumah eommanya. Appanya menyuruhya untuk istirahat di rumah appa yang ada di daerah incheon tapi Jeoran bersih kukuh ingin ke rumah itu.

Saat masuk ke dalam rumah itu Jeoran menjadi teringat masa lalu. Ia merasa masih ada eomma serta saudara kembarnya di rumah itu. Lalu ia bergegas ke kamar saudara yang ia sayangi itu. Ia mencari-cari kardus serta surat wasiat saudara satu-satunya. Lalu ia menemukan segala barang yang ia cari. Iapun bergegas keluar. Keadaan rumah berdebu, membuatnya sesak.

Malamnya bukannya istirahat karena jet lag ia malah membuka isi kardus milik saudaranya. Ada beberapa diary.

“Jeo kenapa kau belum tidur?” ucap sang appa.

Jeoran terdiam memandang isi kardus.

“Diary? Kau membaca diary Jaerin lagi?” sahut appa.

Jeoran menatap appanya dan mengangguk.

“Besok saja kau membacanya. Ini sudah malam. Lagipula kau pasti lelah.” ucap appa.

“Tapi ada satu surat yang ingin ku baca. Appa juga harus membacanya.” ucap Jeoran.

“Surat apa?” tanya appa berjalan mendekati Jeoran.

Jeoran tidak menjawab. Ia sibuk membuka amplop surat. Ia mengelurkan kertas yang ada di dalam amplop itu.

Annyeonghaseyo

Ku harap yang membaca surat ini Jeoran onnie.

Oh ya onnie, apakah kau tidak keberatan aku memanggilmu onnie?

Saat onnie membaca surat ini pasti aku sudah tiada. Aku harap onnie dapat menerima semua ini. Jeongmal mianhae onnie, kau selalu ditinggalkan. Bukan maksudku meninggalkanmu tapi apa boleh buat waktuku sungguh tipis. Ku harap diary-diaryku dapat melepaskan rasa rindumu padaku.

Oh ya rumah ini ku serahkan padamu. Rumah eomma adalah rumah kita juga. Aku harap kau dapat menjaganya, menjaga eomma dalam bentuk kenangan. Dan katakana pada appa jangan menangisi kepergianku. Aku akan merasa berat jika ada orang yang menangisiku. Aku tidak akan hidup dengan tenang.

Ada satu hal yang ingin aku katakan, ini soal Jonghyun. Dia melamarku dan berjanji akan menikahiku 21 Desember besok. Saat itu aku tidak tahu jika umurku tidak lama lagi jadi aku menerimahnya. Saat aku mengetahui kebenaran ini, aku tidak bias mengatakannya. Aku takut keceriaanya memudar. Aku tidak ingin melihatnya bersedih. Itu membuatku sakit. Jadi aku menyimpannya. Onnie dapatkah kau mengatakannya kepadanya bahwa aku tidak dapat menikah dengannya.

Seoul, 12 Januari

Kim Jaerin

 

 

 

Tatapan Jeoran lurus ke depan. Tangannya gemetaran. Lalu ia membuka mulut dan berkata,

“Appa dosa apakah yang telah ku perbuat sehingga orang-orang yang ku cintai, ku sayangi pergi meninggalkanku?”

“Kau tidak salah apa-apa, nak” ucap sang appa memeluk anaknya.

“Appa~” ucap Jeoran.

“Ye~” sahut appa.

“Jangan pergi meninggalkanku.” Ucap Jeoran.

“Tidak akan.” Ucap appa menitikkan air mata.

Keesokan harinya Jeoran memetuskan untuk berkeliling Seoul. Ia mencoba mengingat-ingat kenangan bersama Jaerin. Semua itu membuatnya semakin terluka. Ia selalu bersikap tegar memikirkan bahwa semua akan baik-baik saja. Semua ini adalah takdir dari yang kuasa.

Setelah berjalan lama ia terhenti di dekat taman. Ia ingin masuk taman itu tapi masa lalunya membuatnya tidak ingin melangkahkan kaki di tempat itu. Tapi setelah beberapa orang berbondong-bondong masuk ia jadi penasaran. Ia mendengar ada audisi musik dadakan di taman. Ia pun tergerak untuk masuk.

Dan alangkah terkejutnya ia melihat siapa yang ada di sana. CN BLUE, ternyata mereka mencari penyanyi perempuan untuk duet dengan mereka dalam album mereka yang baru. Jeoran tau jika Jonghyun adalah salah satu member CN BLUE tapi dia tidak pernah bertemu langsung dengan Jonghyun. Kini dia mencari-cari sosok Jonghyun.

“Kau~ kau mau ikut audisi menyanyi?” tanya seorang namja.

Jeoran menoleh menatap namja itu. Namja itu adalah Jungsin. Dia satu tahun lebih tau darinya.

“Sing audition?” ucap Jeoran.

“You aren’t from here?” tanya Yonghwa

“I’m from America. But I want try it, can I?” ucap Jeoran.

“Of course.” Ucap Yonghwa.

“Can I use the guitar?” ucap Jeoran.

Yonghwa mengangguk. Ia memberikan Jeoran gitar akustik.

Tak seorangpun yang mengenalinya. Padahal ia saudara kembar Jaerin. Mungkin karena ia berpenampilan tidak seperti Jaerin dan sebagaian wajahnya tertutupi rambut. Di tambah lagi aksen bicaranya yang kebarat-baratan.

Ia memulai memetik gitar dan bernyanyi

When first snow came
We promised we’ll walk on this street together but now the street is empty

 

Jonghyun yang duduk sendiri di kursi taman terkejut mendengar suara yeoja yang ia dengar. Sekelilingnya sepi lalu ia menoleh ke belakang ke tempat acara audisi. Sepertinya suara itu berasala dari sana.


Divided by the small ring with you and abandoned all tangled memories that I’m holding on

 

Ia berjalan mendekati suara itu.


Where have I done wrong ?
What was done to hate me?
I just can’t think about it.

 

Menembus para krumunan dan berdiri tepat di hadapan seorang yeoja yang sedang memetik gitar dan bernyanyi.


That person is much prettier than I am
You like her more than me as she is much better

Jeoran memandang lurus ke depan. Ia mengibaskan rambut yang menutupi wajahnya agar ia dapat melihat seseorang yang ada di hadapannya.

Please tell me you’re sorry
Or even that you miss me
That you’ll come back without a say

 

Jonghyun, Yonghwa, Jungsin serta Minhyuk terkejut melihat wajah Jeoran. Jonghyun terkulai lemas. Ia berlutut di hadapan Jeoran dan meneteskan air mata.


In the end , its written in your heart, overshadowed
Since you looked so happy
I took a step back

 

Jonghyun memandang Jeoran danberkata, “Jaerin~?”

Ia tidak percaya akan apa yang ia lihat.


Everything is not true right ?
I’m really afraid pretending not to know.

 

Yonghwa mendekati Jonghyun dan berbisik, “Aku tidak tahu jika itu dia.”


I’m sorry , I’m getting hurt also .

 

“Sejak kapan ia bias bermain gitar dan bernanyi?” bisik Yonghwa lagi.


Even if , just by chance
I would not want to see you that way
When both of you look good together

 

“Aku merasa dia bukan Jaerin. Dia sungguh berbeda dengan Jaerin.” Bisik Yonghwa sekali lagi.


Its alright .
Even if I’m not with you anymore ,I’ll still keep an eye on you
I won’t forget you easily because I’m such a slow person

Jeoran selesai bernyanyi. Ia memandang Jonghyun.

“I’m not Jaerin.” Ucap Jeoran.

“Aniyo~ kau pasti Jaerin.” Sahut Jonghyun.

Ia mendekati Jeoran dan menggenggam tangan Jeoran. Para penoton memekik

“Jaerin~ mianhae~ jeongmal mianhae. Aku tidak bermaksud…”

“Melukai?” sahut Joeran.

“Dengar ya Lee Jonghyun. Kau salah orang aku bukan Jaerin. Aku bukan Kim Jaerin yang kau cari.” Ucap Jeoran.

“Kau bohong. Kau begini karena kau masih marah denganku. Bukan?” sahut Jonghyun.

“Kau tidak ingat tempat ini. Tempat favorit kita.” Lanjut Jonghyun.

“Aku ingat tempat ini, tapi tempat ini bukan tempat favoritku. Ini tempat yang sungguh menyakitkan untuk aku lihat bahkan aku ingat.” Ucap Jeoran.

Jonghyun menitikkan air matanya lagi.

“Jaerin aku mohon janganlah bersikap seperti ini.” Ucap Jonghyun.

“Aku memang seperti ini.” Ucap Jeoran.

“Baiklah. Apakah kau ingat hari ini adalah hari apa?” tanya Jonghyun dengan berlinang air mata.

“Hari ini tanggal 21 Desember, tidak ada yang spesial kecuali~” ucap Jeoran.

“Kecuali apa?” sahut Jonghyun.

Jeoran berdiri. Ia hendak pergi.

“Jeongmal mianhae.” Sahut seorang yeoja lalu membungkuk kepada Jeoran.

“Aku tidak pernah berpacaran dengan Jonghyun, kau salah paham. Aku adalah sepupunya.” Ucap yeoja itu.

Yeoja itu berjalan mendekati Jeoran. Ia meraih tangan kanan Jeoran kemudian memberikan sebuah cincin.

“Itu milikmukan. Jeongmal mianhae aku tidak bisa menjaga namjachingumu.” Ucap yeoja itu.

“Jeongmal mianhae karena aku kalian tidak bisa menikah.” Isak yeoja itu.

“Seandainya aku tidak mengusulkan rencana kejutan itu pasti kau tidak akan pergi. rencanaku sungguh keterlaluan sehingga kau pergi dan tidak kembali. Aku lega aku bisa meminta maaf kepadamu.” Lanjut yeoja itu sekali lagi.

“Maafkan kami juga. Kami juga menyetujui rencana ini. Kami hanya ingin melihat kau cemburu di detik-detik ulang tahunmu sehingga kau akan terkejut saat mengetahui bahwa itu hanya kejutan ulang tahunmu.” Ucap Yonghwa bersama member CN BLUE yang lain.

“Kemana kau selama ini Jaerin? Aku mencari-carimu di seluruh Korea tapi tidak menemukanmu. Aku mencari alamatmu dia Amerika tapi tidak ketemu. Kau seperti hilang tanpa bekas. Tak tahukah dirimu bahwa aku sungguh merindukanmu. Saat hari ulang tahunmu aku menunggumu di taman ini seharian berharap kau datang. Setaiap minggu aku kemari berharap bertemu denganmu. Apakah kau tidak merindukanku?” ucap Jonghyun mendekati Jeoran.

Tes~

Air mata Jeoran tumpah bersamaan dengan jatuhnya salju.

“Mianhae~ kau salah orang. Aku bukan Jaerin.” Isak Jeoran.

“Jaerin~” ucap Jonghyun menggengam tangan Joeran.

Jeoran terkulai lemas. Ia terduduk di tanah.

“Aku bukan Jaerin, aku Jeoran. Apakah Jaerin tidak pernah cerita kepadamu?” ucap Jeoran.

“Jaerin jangan bercanda. Kau tidak mungkin Jeoran. Bukankah Jeoran onniemu. Dia empat tahun lebih tua darimu bukan.” Sahut Jonghyun.

Jeoran terisak.

“Aku sudah kuliah bahkan aku sudah lulus kuliah tapi bukan berarti aku tidak seumuran Jaerin. Aku seumuran dengannya. Karena………”

“Karena apa?” potong Jonghyun jongkok di depan Jeoran.

“Karena kami kembar.” Sahut Jeoran.

“Dia pasti tidak bercerita bahwa kami adalah kembar karena ia malu tidak sepintar saudara kembarnya yang 15 menit lebih tua darinya. Dia selalu memanggilku onnie karena aku merupakan sosok yang ia banggakan.” Ucap Jeoran.

Jonghyun menggeleng tidak percaya.

“Jika kau tidak percaya aku akan menunjukkan bahwa aku bukanlah Jaerin.” Ucap Jeoran.

Ia beranjak lalu melepaskan syal, coat dan mantelnya. Ia juga melepaskan spetunya dan bertelanjang kaki. Kini ia hanya menggunakan kaos dan celana panjang.

“Apakah ini cukup membuktikan bahwa aku bukan Jaerin?” ucap Jeoran.

“Cepat gunakan pakaianmu serta sepatumu jika tidak ingin jatuh sakit.” Sentak Jonghyun.

“Aniyo~ aku suka dingin. Aku suka salju. Ini membuatku tenang.” Ucap Jeoran.

Ia mendongak ke atas.

“Bukankah salju sungguh cantik? Tapi sayang Jaerin membencinya karena ia tidak tahan dingin. Butiran-butiran putih ini seperti malaikat bagiku. Menghapus beban yang ada di tubuhku.” Ucap Jeoran mengadahkan tangan.

“Jika kau bukan Jaerin lalu di mana Jaerin yang sebenarnya?” tanya Jonghyun.

“Mianhae~” ucap Jeoran.

Jonghyun menarik tangan Jeoran. Tangan yang dingin, ia belum pernah menyentuh tangan sedingin itu.

Jeoran menteskan air mata lagi.

“Dia sudah pergi Jonghyun. Dia sudah lama pergi.” isak Jeoran.

“Kemana?” sahut Jonghyun.

Dada Joran semakin sesak. Ia mencoba mengambil nafas panjang lalu berkata,

“Haeven.”

“Kau bohong!” sentak Jonghyun.

“Ia mengidap penyakit narcolepsy.”

Jonghyun tetap tidak percaya. Jeoranpun langsung membuka tasnya dan mengambil sebuah diary. Ia membuka diary itu lalu menyodorkannya kepada Jonghyun.

“Kau mengenal tulisan tangannya bukan? Ini diarynya waktu mengidap penyakit itu.” Isak Jeoran.

Jonghyun menerimanya lalu membacanya. Ia membaca diary Jaerin mulai dari bulan Januari tahun ini hingga habis. Ia menangis. Ia berteriak memanggil nama Jaerin.

“Jika aku menyuruhmu menyusulnya pasti dia tidak akan pergi secepat ini. Jika saja aku membantunya dia tidak akan pergi secepat ini. Tapi penyesalan ini tidak ada gunanya. Dia sudah pergi menyusul eomma. Seharusnya aku yang ada di sana. Seharusnya aku yang menyusul eomma ke sana. Menyusul namjachinguku di sana. Menyusul orang yang ku sayangi, yang ku cintai.” Terang Jeoran mentikkan air mata.

Lalu ia menghapus air matanya.

“Tolong jangan tangisi dia jika kau mencintainya.” Ucap Jeoran.

Jonghyun tetap menangis. Beberapa orang di sekitar mereka yang mendengar juga menangis. Entah sejak kapan mereka menangis.

“Tolong jangan tangisi dia jika tidak ingin dia terluka. Dia berpesan agar jangan sampai orang yang ia sayangi dan ia cintai menangis karenanya, menangis saat kepergiannya. karena itu semua membuatnya tidak tenang di sana.” Terang Joeran.

“Kau lihat Jonghyun Jaerin sedang melihat kita di bangku sana.” Ucap Jeoran menunjuk sebuah bangku.

Jonghyun beranjak menatap ke arah yang ditunjuk Jeroan. Tapi dia tidak melihat siapapun di sana.

“Ia menangis tapi wajahnya ceria. Ia terharu~ dia tersenyum. Sungguh manis. Ingin rasanya memeluknya.” Ucap Jeoran.

“Bagaiman bisa kau dapat melihatnya?” tanya Jonghyun.

“Karena aku merelakan kepergiannya. Jika kau dapat merelakannya mungkin kau dapat melihatnya meski itu hanya sekejap mata.” Ucap Jeoran lalu tersenyum memandang Jaerin.

Jonghyun memejamkan matanya. Ia berusaha menenangkan dirinya dan merelakan kepergian Jaerin. Lalu ia membuka matanya perlahan. Ia dapat melihat sesosok orang yang ia rindukan. Ia tersenyum lalu berkata,

“Saranghae Kim Jaerin.”

“Lee Jonghyun.” Panggil Jeoran.

Jeoran menarik tangan Jonghyun lalu memberikannya cincin.

“Berikan ini kepada orang yang kau cintai.” Ucap Jeoran lalu tersenyum.

Ia menggenakan lagi mantel, coat, syal serta sepatunya lalu beranjak pergi.

“Jeoran tunggu dulu!” seru Yonghwa.

Jeoran menoleh.

“Kau terpilih. Maukah kau bernyanyi bersama kami?” ucap Yonghwa.

“Aku adalah penyanyi rock n roll. Apakah kalian menerima?” sahut Jeoran.

“Sepertinya tadi kau tidak menyanyikan lagu rock n roll tadi.” Sahut Yonghwa.

“Itu lagu yang aku karang setelah kematian Jaerin. Satu-satunya lagu yang bergenre di luar genre asliku yang rock n roll.” Ucap Jeoran.

Yonghwa diam.

“Pasti tidak bisakan?” ucap Jeoran tersenyum.

Ia melangkahkan kakinya dan pergi dari taman.

Saat malam natal, Joeran diajak appanya ke suatu pesta. Di sana ia bertemu CN BLUE yang kebetulan di undang untuk mengisi acara.

“Tidak apa-apa, kami mau menerimamu apa adanya.” Ucap Jonghyun mengejutkan Jeoran.

Ia bersama member yang lain mendekati Jeoran yang duduk sendiri.

“Kalian menerimaku karena berita itu atau memang aku cocok?” tanya Jeoran.

“Kami ingin memulai gebrakan baru.” Ucap Yonghwa.

“Baiklah. Aku ingin lagu yang kunyanyikan bukanlah lagu cengeng atau yang menyedihkan.” Ucap Jeoran.

Ia meneguk smoothienya lalu berkata kembali,

“Apakah kalian sudah mencipatkan lagu-lagunya?”

“Belum.” Ucap Yonghwa.

“Baiklah pakai laguku saja.” Sahut Jeoran.

“Lagumu?” sahut Jonghyun.

“Bukan laguku yang waktu itu tapi laguku yang lain. Aku punya banyak lagu yang ku karang sendiri. Jumlahnya seratus lebih. Tapi delapan puluh persen liriknya berbahasa Inggris.” Ucap Jeoran.

“Jeoran kau berbincang-bincang dengan member CN BLUE?” sahut appa Jeoran yang berjalan mendekat.

“Ne~ aku mengenal mereka karena Jaerin. Jaerin pernah menceritakan mereka.” Ucap Jeoran.

“Jaerin?” sahut appa.

“Ne~ dia namjachingu Jaerin appa.” Ucap Jeroan menunjuk Jonghyun.

“Jonghyun?” sahut sang appa.

Jonghyun mengangguk.

“Maaf dia telah pergi ku harap kau tabah.” Ucap sang appa.

Jonghyun mengangguk.

“Jeoran bisa menggantikannya. Sebenarnya sifat mereka tidak jauh berbeda.” Ucap appa.

“Appa~” sentak Jeoran.

“Ya semenjak namjachingunya meninggal dia berubah.” Ucap appa.

“Appa~” sentak Jeoran sekali lagi.

“Padahal aku merindukan Jeoran yang dulu. Yang selalu tersenyum bersama ketegarannya. Bukan Jeoran yang selalu bersikap dingin dan tak pernah tersenyum. Bahkan menangispun tidak. Aku jadi merasa tidak dibutukna untuk melindunginya.” Terang sang appa.

“Appa jika kau terus membicarakanku aku akan kembali ke Amerika.” Ancam Jeoran.

“Baiklah aku akan membicarakn Jaerin.” Ucap sang appa.

Jeoran memilih bungkan dan mendengar appanya bercerita tentang saudara kembarnya. Tak berapa lama kemudian ia beranjak meninggalkan mereka. Ia berdiri di balkon memandang langit. entah sudah berapa lama ia memandang langit hingga saljupun turun.

“Kau tidak masuk? Di sini dingin.” Sahut seseorang.

“Akukan sudah bilang Jonghyun, aku suka dingin. Aku tidak seperti Jaerin. Aku tahan dingin.” Ucap Jeoran.

“Kenapa kau tiba-tiba pergi begitu saja tadi?” tanya Jonghyun.

“Selama ini sebenarnya aku iri kepada Jaerin. Ia tinggal bersama eomma. Meski berpisah dengan appa, appa seringkali menemuinya. Sedangkan aku? Eomma tidak pernah menemuiku. tapi aku tidak menganggap eomma tidak menyayangiku. Aku mengerti eomma tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Dia berbeda dengan appa yang dapat mengcancel kerjanya karena appa seorang direktur yang berkedudukan tinggi. Aku sangat iri dengan Jaerin yang selalu diperhatikan. Selalu mendapat perhatian lebih. Setelah meninggal aku baru menyadari ternyata orang tuaku seperti itu karena Jaerin jauh membutuhkannya dibanding aku. Karena ia lemah. Aku baru tau jika ia mempunyai masalah di saraf otaknya. Appa dan eomma tidak pernah menceritakannya. Mereka mengira operasi itu berhasi dan tak perlu menceritakan kepadaku.” Terang Jeoran.

“Operasi apa?” sahut Jonghyun.

“Operasi di otak Jaerin saat berusia dua tahun.” Jawab Jeoran.

“Setelah meninggal, dokter mengotopsinya. Dan ternyata penyakitnya itu berasal dari penyakitnya dulu saat lahir. Operasi itu gagal. Mungkin itu penyebab kenapa dia tidak sepintar diriku padahal kami kembar identik.” Ucap Jeoran.

“Jeo~” panggil Jonghyun.

Jeoran tersenyum. Ia menoleh ke Jonghyun.

“Waeyo?” tanyanya.

“Kalian identik bukan? Berarti mungkinkan kau mencintaiku?” ucap Jonghyun.

Jeoran tertunduk.

“Entahlah~” ucap Jeoran datar.

“Appamu bilang kau sudah lama tidak tersenyum tapi waktu itu dan baru saja kau tersenyum. Apakah kau mencintaiku?” tanya Jonghyun.

“Kenapa kau berpikiran seperti itu?” tanya Jeoran.

“Karena aku mencintai Jaerin.” Ucap Jonghyun.

“Lalu apa hubungannya denganku?” sahut Jeoran.

“Kau adalah sebagian darinya. Kalian adalah satu yang terbagi dua.” Ucap Jonghyun.

Jeoran tersenyum.

“Kau tersenyum lagi.” Ucap Jonghyun lalu tersenyum.

“Satu yang terbagi dua.” Ucap Jeoran.

“Kau mengingatkanku kepada namjachinguku yang disana. Dia satu-satunya orang yang memanggilku dengan sebutan Jeo dan nada sepertimu, dia juga pernah berkata hal itu bahwa aku dan dia adalah satu yang terbagi dua.” Lanjut Jeoran.

“Jadi bagaimana? Apakah kau menerimaku sebagai namjachingumu?” tanya Jonghyun.

“Aniyo~” ucap Joeran beranjak pergi.

Jonghyun menarik tangan Jeoran.

“Wae? Waeyo Jeo?” tanya Jonghyun.

“Karena aku takut kehilangan orang yang ku sayangi tuk kesekian kalinya.” Ucap Jeoran menatap mata Jonghyun.

Dari sinar matanya Jonghyun tahu perasaan Jeoran terhadapnya. Mata Joeran mengatakan bahwa ia begitu mencinta Jonghyun sehingga ia takut kehilangan Jonghyun. kemudian Jonghyun menarik Jeoran kepelukannya.

“I love you.” Ucapnya terisak.

“I love you too.” Ucap Jeoran terisak.

Lalu Jonghyun mengangkat wajah Jeoran dan melumat bibir Jeoran dalam.

=THE END=

 

Akhirnya kesampain posting =3 gimana ceritanya?

harap komentar ya?

Saya ada audisi cast untuk chap berikutnya. yang mau ikut silakan komentar ^^ dan isi data di

https://fanfictionkorea.wordpress.com/readerspembaca/data-pembaca/ isi sesuai ketentuan ^^

 

내 남자친구를 부탁해*) Tolong jaga kekasihku

 

About Lyra Callisto

Saya tuh orang yang aneh karena susah ditebak. Saya suka dengerin musik terutama Kpop, ngetik/nulis fanfiction, buka akun, ngedance, nonton acara about korea Status: menikah dengan Kim Jaejoong, bertunangan dengan Lee Donghae, berpacaran dengan Choi Minho, berselingkuh dengan Cho Kyuhyun, mengakhiri hubungan dengan Choi Siwon, menjalin hubungan dengan Choi Jonghun, berkencan dengan Kevin Woo, menjalin hubungan tanpa status dengan Nichkhun dst.

Satu tanggapan »

  1. wah ternyata udah di post aj .__.

    daebak!!! nice ending.. aku sukaa >.<d
    ampe mewek bacany.. terus berkarya(?) ya 😀

  2. aku suka…. 1Yg tbagi 2….tp, jujur sbnrnya aku ga tau nh judulnya apaan si?? trz ya jaerin blang apa si?? (soalnya pke hangul ya) ^^

Tinggalkan Balasan ke @MyEigendomKEY97 Batalkan balasan